Rabu, 11 September 2013

Selasa, 03 September 2013

Syaitan, berbulu kuduk. Pemuda diatas awan.


 

…pada coretan syaitan
Seakan kata-kata tiada mati
Aku kembali terlempar dalam buai yang menakutkan
Hehehe…
Menangisi apa  !!
Kemana, apa yang harus di kejar
Semua  bukan ber ada dalam kebetulan
Seperti laksana nasib memaksa berjalan

Gembiralah bagi kau yang bangun pagi-pagi
Bahagialah kau yang terlelap dimalam ini
Terkutuklah jika siangnya masih bermimpi

Kenyataan itu fakta, bukan teori ?
Cinta merangkai hati, bukan dalam hipotesis
Siapa yang memberi
Siapa yang meminta,
Apa yang datang ?
Pada apa yang membuat bulu kuduk berdiri
Mematikan hati, mecabik kalbu
Semangat kata-kata bijak slalu ada
Namun sejuta kali aku tak ingin mengerti

Syaitan yang berbulu kuduk
aku telah bercerita tentang yang ada
Dan diam itu lebih tegar dari yang ada
Aaahhhhh……
Bungkamkan saja merah yang ada di langit
Karena aku masih berada di atas tanah ini
 Poros berputar pada porosnya
Waktu berjalan pada lajunya
Itulahh. Dunia tidak pernah diam
Tafsiran semakin modern dan semakin mendalam
 apa yang kutemuka
karena memang tak pernah mencari !

kembali merindukan ketinggian bumi
seakan disitu terasa merajai ( raja diri sendiri )
tuhan ada dalam segala sisi
sisi-sisi yang belum termanjakan

Pemuda diatas awan.

Perih waktu semakin mendalam
Mengotori kepala serta membunuh sel otak
Berserakan tentang inspirasi, imajinasi
Dinodai oleh masa yang belum datang
Tubuh membunuh tubuh
Hati semakin mengecil untuk dibagi
Rasa terasa hilang dengan perlahannya
Merah darah semakin hitam
Daun daun yang ganjil selalu adaada di setiap sandiwara yang kusam, itulah
Teman dalam sunyi sepi
Sahabat dalam mengapai angan
 Dan. Kenyataan pergi ke langit biru
Seakan semangat ada dalam liur yang diludahi
gelisahnya malam akan lebih perih jika datang siang