Rabu, 13 November 2013

hai sheansiod b saadel ak seteres
indra di puncak meutala

siang ini



apa yang bisa kepersembahkan padamu
sayangku belum kua nikmati 
rinduku belum kau rasakan

nyanyiaan hari yang terik dan begas menanti kita 
menggores asa yang tak sanggup kulakukan
apa jadinya bila nama ini hanya tersirat indah namun terasingkan
nadaku belum kau da pati jua

karya ku tak sebanding kekosongan batin
jari jari menggulupas 
kerasnya batu yang ku pukul

ah dasar kita memang begini dulu
mengisyarakat batin
takut akan keindahan
takut akan kebersamaan yang kita impikan
jlan kita batu indah yang besar
tujuaannya hanya nada yang belum pasti

kemana nyala api
nyala malam begitu gelap
aku takut kabut dingin yang menusuk dada 

pencinta sedang menkmatin cinta
pendusta sedang memerangkan jiwa

ragam makna kini telah kumiliki dan kukusai
namun tak bisa kumuntahkan pada baju safarimu
ataua dalam katong bajamu
karena aku hidup dalam keterperukan makna


jaman sekarang begitu pahit
tak lagi kasih sayang menyapa tanpa materi yang ganda
jaman sekarang sungguh palsu
mahasiswa yang gayanya semakain angkuh
yang ibu bapak merangkul nilam yang begitu tak lagii berharga
tanahnya telah kosong oleh derita

kita 

kau ada

Seiring yang berjlan aku masih menafikan cinta
Dalam lemah lembutnya membuat ini redup
Terbanglah pada jiwa tulus
Seiya seada kita berada
Namun titik noda masih kita samarkan
Mengapa tak buat ini jadi nyata pada sang lain
Jika aku akan bisa mau maka aku ingin kau sepenuhnya
Separuh jiwa mu akan kumiliki
Separuh lagi kau milik semua mereka
Kota kita sama
Sisi-sisi kita hampir sama
Namun gaya kita terlalu berbeda
tapi itulah keindahan
Warna-warna itu telah kau sukai
Aku hanya bisa membisu disini
Dimimpi ini masih kulayangkan tetang langkahmu
Malam ada
Udaranya sejuk terasa di teras itu
Semoga kau masih bertahan dalam suara hatimu
Kedepannya hanya doa
Pergi saja kelembah indahmu
Nanti aku kan menysul di kedepannya

Dan aku belum ingin tidur hanya karena malam memang ada

peranan orang tua nelayan dalam mendidik anak di desa meulingge kecamatan pulo aceh kabupaten aceh besar

SKRIPSI AKHIR

BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang
Anak merupakan aset yang menentukan kelangsungan hidup, kualitas dan kejayaan suatu bangsa di masa mendatang. Oleh karena itu anak perlu dikondisikan agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan dididik sebaik mungkin agar di masa depan dapat menjadi generasi penerus yang berkarakter serta berkepribadian baik. Keluarga adalah lingkungan yang pertama dan utama dikenal oleh anak. Alasannya, institusi terkecil dalam masyarakat ini telah mempengaruhi perkembangan individu anggota-anggotanya, termasuk sang anak. Kelompok inilah yang melahirkan individu dengan berbagai bentuk kepribadiannya di masyarakat. Oleh karena itu tidaklah dapat dipungkiri bahwa sebenarnya keluarga mempunyai fungsi yang tidak hanya terbatas sebagai penerus keturunan saja. Mengingat banyak hal-hal mengenai kepribadian seseorang yang didapat dari keluarga.[1]
Akibat pengaruh globalisasi yang makin menguat di setiap aspek kehidupan, banyak bangsa-bangsa di dunia yang tidak berkarakter kehilangan jati dirinya. Tanpa disadari budaya luar secara permisif berbaur dengan budaya lokal. Kondisi yang demikian menjadi berbahaya takala budaya buruk dari luar ditelan mentah-mentah oleh anak-anak dalam sebuah keluarga. Seperti budaya kekerasan, minum-minuman keras, penyalahgunaan narkoba atau seks bebas. Di sinilah peran orang tua ditantang untuk mampu mengembalikan karakter anak dalam kapasitas agar anak dapat tumbuh dan berkembang sebaik-baiknya.
Masyarakat juga berperan aktif dalam proses pembentukan karakter anak dan mengontrol jati diri, karena masyarakat disebut sebagai sekelompok manusia banyak bersatu dengan cara tertentu oleh karena hasrat-hasrat kemasyarakatan yang sama.[2] Sedangkan keluarga adalah kelompok primer yang paling penting dalam masyarakat, keluarga merupakan sebuah group yang terbentuk dari perhubungan laki-laki dan wanita dan sedikit lama menciptakan dan membesarkan anak-anak. Jadi keluarga dalam bentuk yang murni merupakan satu kesatuaan sosial yang mempunyai sifat-sifat tertentu yang sama.[3] Adapun masyarakat nelayan adalah salah satu komunitas masyarakat atau kelompok orang yang hidupnya berada di pantai atau di pesisir.
Pola atau cara mengasuh anak dalam keluarga merupakan lingkungan pendidikan atau proses yang utama bagi perkembangan pribadi anak yang utuh, karena keluarga adalah lingkungan yang pertama dan utama dikenal oleh anak, jadi dalam lingkungan keluargalah watak dan kepribadian anak akan dibentuk yang sekaligus akan mempengaruhi perkembangannya di masa depan. Jadi semua aspek kepribadian dapat dibentuk di lingkungan keluarga. Perilaku ataupun perlakuan orang tua terhadap anak merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak terkait dengan cara bagaimana orang tua mendidik dan membesarkan anak. Di mata anak, orang tua atau ayah dan ibu adalah figur atau contoh yang akan selalu ditiru oleh anak-anaknya. Oleh sebab itu, ayah ibu harus mampu memberi contoh yang baik pada anak-anaknya, memberi pengasuhan yang benar serta mencukupi kebutuhan-kebutuhannya dalam batasan yang wajar.
Dalam keluarga terjadi proses pembudayaan dari orang tua kepada anak tentang pengenalan secara dini, untuk mengenal sesama anggota dalam lingkungan yang diikuti tentang pemahaman nilai-nilai serta norma-norma yang berlaku. Dalam kehidupan berkeluarga pula anak-anak akan merasakan bagaimana pandangan dan perlakuan orang tua dalam mengasuh anak-anaknya, apakah merasa diperhatikan atau diabaikan. Karena alam anak-anak akan berubah dan akan selalu diingat akan hakekat diri anak dimasa-masanya, seiring pertumbuhan dan perkembangan tingkah laku yang dialaminya[4]. Di sinilah anak-anak akan merasakan situasi-situasi yang menentukan harga dirinya di masa depan kelak. 
Orang tua mempunyai peranan yang sangat penting dan mempunyai tanggung jawab yang sangat besar terhadap semua anggota keluarga yang menjadi tanggung jawabnya. Khususnya seorang ibu yang bisa dikatakan sebagai arsitektur dalam rumah tangga, ia dituntut bisa mengatur suasana dalam rumah dan menjadi kunci utama dalam membentuk pribadi anak-anaknya. Seorang ibu diharapkan bisa mengatur suasana artinya ia dapat menciptakan suasana atau kondisi keluarga yang harmonis, tenang dan bisa membawa kedamaian di antara seluruh anggota keluarga. Ayah juga menjadi salah satu pembentuk pribadi anak, yang mengandung maksud bahwa seorang ayah mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap pembentukan pola tingkah laku dan penanaman moral pada anak. Oleh karena itu, orang tua harus mempunyai pengetahuan yang cukup tentang bagaimana cara mengasuh anak dengan mempertimbangkan dan memperhatikan perkembangan jiwa anak secara baik. Begitu berat tanggung jawab yang dibebankan kepada orang tua, tentunya harus menjadi perhatian yang besar tentang bagaimana cara pandang orang tua tentang mengasuh anak.[5] 
Pengaruh umumnya, lingkungan dapat dikatakan dari mulai keluarga, keadaan daerahnya, letak geografisnya, rumah yang menjadi tempat tinggalnya, pergaulannya, hal-hal yang dilihat dan dibacanya atau sarana lainnya, itu semua mempunyai pengaruh dalam pembentukan pribadi anak dan akan memberi corak dalam pemandangan dan pengalaman yang ada di lingkungannya hingga bisa jadi itu akan berpengaruh ketika anak tersebut menjadi dewasa nantinya.
Dari semua proses tersebut tidak lain mendidik anak ke arah yang lebih baik, sehingga dia dapat mengambil manfaat, baik moral perilaku pendidikan akhlak maupun lainnya sehingga anak lebih bisa mengenal dunia dan akhiratnya dan bisa menyiapkan kehidupan di masa depannya walaupun kondisi dan rutinitasnya sebagai masyarakat pesisir atau nelayan yang dianggap hanya tau dengan laut dan berburu atau menangkap ikan. Sepatutnya lah anak mendapatkan pola asuh yang lebih dari orang tuanya untuk peningkatan akal agar anak mampu mengetahui segala sesuatu yang dituntut dalam kehidupannya serta berguna baginya dan mengajarkan untuk mempergunakan waktu luangnya sehingga kehidupannya bisa lebih senang dan mengajarkan kewajiban yang harus dilaksanakan untuk masyarakat, juga menyadarkannya hak-haknya yang harus dia penuhi nantinya, sebagaimana Rasulullah s.a.w bersabda :
kerjakanlah untuk duniamu seakan-akan kamu hidup selamanya dan kerjakan akhiratmu seakan kamu mati besok”.

 Dengan mempertimbangkan rangkaian masalah tersebut, peneliti ingin mefokuskan untuk mengkaji bagaimana pola asuh seorang anak di kalangan keluarga nelayan Desa Meulingge, Kecamatan Pulo Aceh, Kabupaten Aceh Besar. Sebagian anak-anak nelayan di sana masih berpendidikan relatif rendah yaitu hanya sampai tingkat sekolah dasar, bahkan ada juga yang tidak lulus sekolah dasar sehingga tidak memiliki keterampilan hidup baik dari segi komunikasi, informasi, mental, pembentukan jati diri dan kepercayaan diri yang cenderung mempengaruhi pola pikir anak serta membawa diri anak kembali ke arah tradisi mereka sendiri yaitu memilih mengikuti jejak orang tua mereka sebagai nelayan.
Untuk membangun karakter anak dengan demikian dibutuhkan upaya serius dari berbagai pihak terutama keluarga untuk mengkondisikan beberapa faktor di atas, agar kondusif untuk tumbuh kembang anak. Pendidikan karakter dan sebagainya pada anak harus diarahkan agar anak memiliki jiwa mandiri, bertanggung jawab dan mengenal sejak dini untuk dapat membedakan hal yang baik dan buruk, benar-salah, hak-batil. Dari dasar ini kemudian mempengaruhi tingkah laku dan tingkat intelektual anak. Apalagi pola orang tua dalam mengasuh anak masih kurang efektif karena kesibukan mencari ikan di laut yang banyak menyita waktu.
 Itu bisa dilihat dalam melaut waktu yang dibutuhkan nelayan desa Meulingge untuk mencari ikan bervariasi, ada yang sehari, tiga hari, dan bahkan lebih. Tetapi sebagian masyarakat nelayan di desa Meulingge melaut satu hari sudah pulang, mereka berangkat dari pukul 05.00 WIB dan pulang pukul 15.00 WIB. Pada kondisi demikian mengharuskan ibu atau istri mengerjakan pekerjaan rutinitas rumah dan ada juga yang berkebun untuk membantu pendapatan suaminya atau ayah yang hanya melaut. Maka dari kesibukannya hilanglah peranan yang sangat penting dalam mengelola, membina rumah tangga dan sekaligus mengasuh anak, karena tidak mempunyai banyak waktu luang untuk berkumpul dengan keluarga bahkan dengan anak. Ditambah lagi dengan minimnya pengetahuaan orang tua dalam pembentukan karakter, jasmani dan perkembangan anak. Faktor sosial ini menyebabkan karakter atau perkembangan anak pada keluarga nelayan kurang atau monoton. Hal ini terjadi karena kurangnya pengawasan dan pengarahan dari orang tua tentang tanggung jawab serta hak-hak bagi anak. Dan juga kurang kesadaran orang tua yang mengajak anak nya ikut melaut diusia anak yang masih dini.
Ayah sibuk dengan aktivitasnya sebagai nelayan di laut, sedangkan ibu sibuk dengan aktivitas rumah tangganya sehingga akan diberikan kebebasan bergaul sesuai dengan kemampuan dan kemauannya sendiri. Anggapan orang tua yang penting materi tercukupi berarti orang tua sudah melaksanakan kewajibannya. Masalah pendidikan dan kebutuhan lainnya kurang diperhatikan, hal ini menyebabkan rata-rata pola pikir anak nelayan masih relatif rendah sehingga mudah dipengaruhi oleh lingkungan yang tidak baik.

B.       Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1.      Bagaimana peranan ibu dalam mengasuh anak pada keluarga nelayan di desa Meulingge?
2.      Bagaimana peranan ayah dalam mengasuh anak pada keluarga nelayan di desa Meulingge?
C.           Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1.      Untuk mengetahui peranan ibu dalam mengasuh anak pada keluarga nelayan di desa Meulingge Kecamatan Pulo Aceh,
2.      Untuk mengetahui peranan ayah dalam mengasuh anak pada keluarga nelayan di Desa Meulingge Kecamatan Pulo Aceh

D.           Manfaat Penelitian
     Manfaat penelitian ini adalah:
1.    Manfaat secara teoritis
Penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan pengetahuan tentang peranan orang tua dalam mengasuh anak.
2.    Manfaat secara praktis
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi tentang pengasuhan anak di keluarga nelayan, memberi masukan bagi Jurusan serta akademisi dan instansi terkait untuk bisa memperhatikan masalah pendidikan anak di keluarga nelayan. Dan wujud aktivitas mahasiswa dalam menjalankan tugas-tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi, karya ini sangat bermanfaat untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan, khususnya dibidang peranan orang tua dalam mengasuh anak pada keluarga nelayan.
E.            Definisi Operasional Istilah Penelitian
1.    Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan atau status, apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya maka seseorang tersebut menjalankan suatu peranan.[6] Kata peran dan peranan dalam sosiologi sering dianggap sama karena tidak ada pembatasan secara jelas antara peran dan peranan hanya pada sudah atau tidaknya sebuah peran itu dijalankan. Peranan adalah peran yang telah dapat dilaksanan individu yang bersangkutan sesuai dengaan kedudukannya, sehingga untuk mempermudah dalam pendefinisian kata peranan dalam penelitian ini kata peranan dianggap sama dengan kata peran.
2.    Keluarga (family) adalah wadah yang sangat penting di antara individu dan group dan merupakan kelompok sosial yang pertama di mana anak menjadi anggotanya, dan keluarga menjadi yang utama dalam mengadakan sosiologi kehidupan anak.[7]
Keluarga merupakan kelompok primer yang paling penting dalam suatu masyarakat, keluarga merupakan sebuah group atau kelompok yang terbentuk dari perhubungan laki–laki dan perempuan sehingga sedikit lama melahirkan dan membesarkan anak anak. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan berberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Jadi keluarga dalam bentuk yang murni merupakan suatu kesatuaan sosial yang mempunyai sifat-sifat tertentu yang sama.[8]
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberi pengaruh terhadap berbagai tata cara dan aspek perkembangan anak.[9] Jadi keluarga menurut peneliti adalah sekelompok atau wadah dalam masyarakat yang hidup secara berkelompok atau bersama yang terdiri dari ayah, ibu dan anak, yang tinggal dalam satu rumah serta saling membutuhkan antar sesama dan berkerja sama.
Nelayan diartikan sebagai orang yang hidup dari usaha menangkap ikan sebagai mata pencaharian hidup pokok. Atau seorang yang mata pencaharian utamanya adalah dari usaha menangkap ikan di laut. Yang dimaksud keluarga nelayan dalam penelitian ini adalah suatu keluarga yang menggantungkan hidupnya melakukan usaha menangkap ikan di laut. Dan secara umum keluarga nelayan tinggal dekat dengan laut atau masyarakat pesisir laut, seperti keluarga nelayan desa Meulingge Kecamatan Pulo Aceh yang hidup mereka berdampingan langsung dengan laut.
3.    Anak termasuk individu yang mempunyai eksitensi dan memiliki jiwa       sendiri serta mempunyai hak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan warnanya masing masing yang khas, masa kehidupan anak sebagian besar berada dalam lingkungan keluarga.[10] Anak merupakan amanah dari Allah swt yang diberikan kepada setiap orang tua, anak juga buah hati, anak juga cahaya mata, tumpuan harapan serta kebanggaan keluarga. Anak adalah generasi mendatang yang mewarnai masa kini dan diharapkan  dapat membawa kemajuan di masa mendatang.
F.            Metode Penelitian
1.    Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (Field Research) yang menggunakan pendekatan kualitatif yaitu pendekatan yang memandang obyek kajian terdiri dari unsur yang saling terkait dan mendeskripsikan fenomena yang ada. Sesuai dengan judul yaitu tentang peranan orang tua dalam mengasuh anak pada keluarga nelayan maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena permasalahan yang akan di bahas tidak berkenaan dengan angka angka, tetapi mendeskripsikan, menguraikan dan menggambarkan tentang peranan orang tua dalam mengasuh anak pada keluarga nelayan. Selain itu peneliti juga menguraikan gambaran umum dari desa Meulingge Kecamatan Pulo Aceh.
2.      Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah obyek penelitian dimana kegiatan penelitian dilakukan. Penentuan lokasi penelitian dimaksudkan untuk mempermudah dan memperjelas obyek yang menjadi sasaran penelitian, sehingga permasalahan tidak terlalu luas. Yang menjadi fokus peneliti adalah orang tua dan anak-anak keluarga nelayan, Sedangkan yang. dijadikan lokasi dalam penelitian ini adalah keluarga nelayan di desa Meulingge, Kecamatan Pulo Aceh, Kabupaten Aceh Besar, Propinsi Aceh.
Di pilihnya daerah ini karena desa Meulingge letaknya sangat terpisah jauh dari daerah administrasi ibukota, yang berada paling ujung barat Indonesia antara Samudera Hindia dan Selat Malaka,
3.      Subjek Penelitian
Peneliti mengambil subjek penelitiaan bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi mengunakan sampel bertujuaan atau puposive sample.[11] Purposive sample berarti pengambilan sample secara disengaja. Artinya, peneliti menentukan sendiri sample yang akan diambil. Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti, di desa Meulingge kecamatan Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar terdapat 114 Kepala Keluarga (KK). Dari 114 KK terdapat 40 KK yang berprofesi sebagai nelayan. Dari 40 populasi tersebut, peneliti mengambil 15% populasi sebagai sample yang akan diwawancarai. Jadi, subjek penelitian pada penelitian ini adalah 6 KK yang berprofesi sebagai nelayan.
4.      Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan untuk memperoleh data dalam suatu penelitiaan. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini untuk memperoleh data adalah Observasi dan Wawancara.
a.       Observasi
Metode observasi cara yang paling efektif adalah pengamatan yang mengunakan berberapa sebagai instrumen. Yang meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan mengunakan seluruh alat indera. Yang berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang terjadi di lapangan, maka dapat diperoleh suatu petunjuk dari hasil catatan serta proses pengamatan peneliti untuk dijabarkan lebih lanjut.[12] Pada tahapan ini peneliti mengunakan paduaan observasi dan penilaian secara langsung tentang keadaan dan pengamatan masyarakat keluarga nelayan dan aktifitas anak anak nelayan yang ada di lapangan.
b.              Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewer) yang memberi jawaban atas pertanyaan.[13]
Wawancara dilakukan melalui tanya jawab langsung kepada nara sumber yang dapat dilapangan. Pengambilan data dalam metode wawancara dilakukan secara langsung saat pengamatan, dengan menggunaklan pedoman wawancara yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.
Keuntungan menggunakan metode wawancara adalah :
1.      Wawancara dapat digunakan pada responden yang tidak bisa membaca dan menulis.
2.      Jika ada pertanyaan yang belum dipahami, pewawancara dapat segera menjelaskan.
3.      Wawancara dapat mengecek kebenaran dari jawaban responden dengan mengajukan pertanyaan pembanding tau dengan melihat wajah maupun gerak-gerik responden.
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk mengungkap bagaimana sebenarnya peran orang tua dalam mengasuh anak pada keluarga nelayan Desa Meulingge.
Adapun aspek yang ditanyakan dalam wawancara dalam penelitian ini meliputi; identitas responden, dan hal yang berkaitan dengan fokus penelitian (tentang bagaimana peranan orang tua dalam mengasuh anak dalam keluarga nelayan) dan mendeskripsikan secara bertahap.
5.      Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Tahap dan proses analisis dan interpretasi data, setidak-tidaknya terdiri atas tiga komponen penting yang meliputi (1) reduksi, (2) penyajian, dan (3) kesimpulan/ verifikasi.
Sedangkan tahap dan proses selengkapnya meliputi (1) Pengolahan data, yang terdiri dari kategorisasi dan reduksi data, (2) penyajian data, (3) interpretasi data dan (4) penarikan kesimpulan-kesimpulan/verifikasi. Tahap tahap di atas hendaknya dilakukan sedemikian rupa sehingga proses analisis dan Intepretastasi tersebut dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.



BAB II
LANDASAN TEORITIS

A.      Pengertiaan Peranan Orang Tua

Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan peran ialah perangkat tingkat yang di harapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat, sedangkan peranan adalah : Tindakan yang dilakukan oleh seseorang disuatu peristiwa[14].
Peranan adalah tindakan yang dilakukan orang atau sekelompok orang dalam suatu peristiwa, peranan merupakan perangkat tingkah laku yang diharapkan, dimiliki oleh orang atau seseorang yang berkedudukan di masyarakat. Kedudukan dan peranan adalah untuk kepentingan pengetahuan, keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pengertian Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (status) apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya maka seseorang tersebut menjalankan suatu peranan[15]. Yang juga meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Konsep tentang Peran (role). Bisa diungkapkan sebagai berikut :

1.        Bagian dari tugas utama yang harus dilakukan oleh manajemen
2.        Pola prilaku yang diharapkan dapat menyertai suatu status
3.        Bagian suatu fungsi seseorang dalam kelompok atau pranata
4.         Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab akibat
5.        Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karakteristik
yang ada padanya
Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan. Apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka seseorang tersebut menjalankan suatu peranan. Apabila seseorang menyandang atau memangku sebuah status maka seseorang pasti akan atau harus dihadapkan dengan suatu peran yang harus laksanakan sesuai dengan status tersebut. Suatu peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang menduduki suatu status tertentu.[16]
Berdasarkan pengertian tersebut dapat diambil pengertian bahwa peranan merupakan penilaian sejauh mana fungsi seseorang atau orang tua dalam mengambil bagian penting dalam hak dan keawajiban sebagai pelaku pemain peran, hingga pada hakikatnya setiap orang harus memainkan peranannya sesuai dengan kebutuhan dan kewajiban yang telah digariskan menurut status tertentu. Kebutuhan  peranan mengacu pada kewajiban, tugas dan hal yang berkaitan dengan posisi tertentu dalam kelompok.
Tuntutan peranan adalah desakan sosial yang memaksa seseorang atau individu untuk memenuhi peranannya yang telah dibebankan kepadanya. definisi lain dari peranan adalah setiap sikap atau prilaku serta tindakan yang biasa dilakukan oleh orang tua dalam suatu keluarga. Setiap keluarga adalah penyandang peran tertentu yang perlu dilaksanakan sesuai dengan beban tugas dan tanggung jawabnya masing-masing yang akan mengarah kepada pencapaian tujuan yang semestinya dan sesuai keinginan seperti yang seharusnya.
Peran orang tua yang memiliki pengalaman hidup lebih banyak sangat dibutuhkan membimbing dan mendidik anaknya. Apabila dikaitkan dengan hak-hak anak, tugas dan tanggung jawab orang tua antara lain:[17]
1.      Sejak dilahirkan mengasuh dengan kasih sayang.
2.      Memelihara kesehatan anak.
3.      Memberi alat-alat permainan dan kesempatan bermain.
4.      Menyekolahkan anak sesuia dengan keinginan anak.
5.      Memberikan pendidikan dalam keluarga, sopan santun, sosial, mental dan juga keagamaan serta melindungi tindak kekerasan dari luar.
6.      Memberikan kesempatan anak untuk mengembangkan dan berpendapat sesuai dengan usia anak.

Atas dasar itu orang tua yang bijaksana akan mengajak anak sejak dini untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Saat itulah pendidikan karakter diberikan. Mengenal anak akan perbedaan di sekelilingnya dan dilibatkan dalam tanggung jawab hidup sehari-hari, merupakan sarana anak untuk memahami menghargai perbedaan di sekelilingnya dan mengembangkan karakter di tengah berkembangnya masyarakat. Pada tahap ini orang tua dapat mengajarkan niali-nilai universal seperti cara menghargai orang lain, berbuat adil pada diri sendiri dan orang lain, bersedia memanfaatkan orang lain.
   Orang tua merupakan contoh keteladanan dan perilaku bagi anak. Oleh karena itu orang tua harus berperilaku baik. Ibu yang secara emosional dan kejiwaan lebih dekat dengan anaknya harus mampu menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya baik dalam bertutur kata, bersikap maupun bertindak. Peran ibu dalam pembentukan karakter ini demikian besar, sehingga ada pepatah yang mengatakan bahwa “Wanita adalah tiang negara. Manakala wanitanya baik maka baiklah negara. Manakala wanitanya rusak, maka rusaklah negara”.
 Sementara itu sang bapak sebagai kepala keluarga juga harus mampu menjadi teladan yang baik. Karena ayah yang terlibat hubungan dengan anaknya sejak awal akan mempengaruhi perkembangan kognitif, motorik, kemampuan, menolong diri sendiri, bahkan meningkatkan kemampuan yang lebih baik dari anak lain. Kedekatan dengan ayah tentunya juga akan mempengaruhi pembentukan karakter anak.
Banyak faktor dalam keluarga yang mempunyai peranan penting dalam pembentukan kepribadian anak, salah satunya adalah faktor pengasuh anak. Karena kelompok sosial yang pertama dikenal oleh anak dan berinteraksi adalah Keluarga. Karena keluarga merupakan kelompok pertama primary group dalam meletakkan dasar kepribadiaan. Pembinaan dalam keluarga memberi pengaruh besar terhadap pembentukan watak, karakter dan kepribadiaan anak.
Pembinaan yang baik dan benar akan menghasilkan watak, karakter dan kepribadiaan yang baik pada anak, demikiaan pula sebaliknya. Apabila pembinaan dalam keluarga kurang baik atau keliru akan menghasilkan watak, karakter dan kepribadian yang tidak baik pada anak.[18] Sehingga pengaruh keluarga dalam pembentukan dan perkembangan kepribadian anak sangatlah besar artinya. Peran dan tanggung jawab orang tua atau juga bisa dikatakan tugas ayah dan ibu bukan hanya berkisar sekitar menyediakan perlindungan, makan, pakaian saja, tetapi bertanggung jawab memberi perlindungan emosi dan keselamatan dari pengaruh-pengaruh negatif.[19]
Orang tua sangat berperan dalam meletakkan dasar-dasar perilaku bagi anak-anaknya. Sikap, perilaku, dan kebiasaan orang tua selalu dilihat, dinilai dan ditiru oleh anaknya yang kemudian semua itu secara sadar atau tidak sadar diresapinya dan kemudian menjadi kebiasaan pula bagi anak-anaknya. Hal demikian disebabkan karena anak mengidentifikasi diri pada orang tuanya sebelum mengadakan identifikasi dengan orang lain. Setiap orang tua ingin membina agar anak menjadi orang yang baik, mempunyai kepribadian yang kuat dan sikap mental yang sehat dan akhlak yang terpuji. Semua itu dapat diusahakan melalui pola asuh yang baik, baik yang formal maupun non formal. Setiap pengalaman yang dilakukan oleh anak, baik melalui penglihatan, pendengaran, maupun perlakuan yang diterimanya akan ikut menentukan pembinaan pribadinya.
Di mata anak, orang tua atau ayah ibu adalah figur atau contoh yang akan selalu ditiru oleh anak-anaknya. Oleh sebab itu, ayah ibu harus mampu memberi contoh yang baik pada anak-anaknya, memberi pengasuhan yang benar serta mencukupi kebutuhan-kebutuhannya dalam batasan yang wajar.
Dengan berkaca pada kondisi saat ini, sudah saatnya orang tua sekarang mengambil peran lebih untuk mengembangkan karakter dan memberi kesempatan untuk tumbuh dan berkembang secara optimal agar anak menjadi manusia berkualitas. Dengan memainkan peranan yang benar dalam mendidik dan mengasuh anak, anak akan tumbuh dan berkembang secara optimal. Dan yang tidak kalah pentingnya, anak akan tumbuh menjadi anak yang berkarakter tidak mudah larut oleh budaya buruk dari luar serta menjadi anak yang berkepribadian baik sebagai aset generasi penerus bangsa di masa depan.

B.       Definisi keluarga Nelayan
1.         Pengertian Keluarga
Keluarga (family) adalah wadah yang sangat penting di antara individu dan group dan merupakan kelompok sosial yang pertama di mana anak menjadi anggotanya, dan keluarga menjadi yang utama dalam mengadakan sosiologi kehidupan anak.[20] Dalam pengertian psikologis keluarga adalah sekumpulan orang   yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling menyerahkan diri. Sedangkan dalam pengertian pedagogis, keluarga adalah “satu” persekutuan hidup yang terjalin oleh kasih sayang antara pasangan dua jenis manusia yang dikukuhkan dengan pernikahan, yang bermaksud untuk saling menyempurnakan diri.[21] Dalam usaha untuk saling melengkapi dan saling menyempurnakan diri itu terkandung perealisasian peran dan fungsi sebagai orang tua.
      Keluarga merupakan kelompok primer yang paling penting dalam suatu masyarakat, keluarga merupakan sebuah group atau kelompok yang terbentuk dari perhubungan laki–laki dan perempuan sehingga sedikit lama melahirkan dan membesarkan anak anak. Jadi keluarga dalam bentuk yang murni merupakan suatu kesatuaan sosial yang mempunyai sifat-sifat tertentu yang sama.[22]
Keluarga juga menjadikan tempat sosialisasi yang pertama dimana anak dapat berinteraksi. Pengaruh keluarga dalam pembentukan dan perkembangan kepribadian anak sangatlah besar artinya. Banyak faktor dalam keluarga yang mempunyai peranan penting dalam pembentukan kepribadian, karena keluarga adalah lingkungan yang pertama kali menerima kehadiran anak.
Dan juga keluarga adalah sekumpulan masyarakat terkecil yang merupakan inti dan sendi-sendi masyarakat, maka masyarakat yang terbentuk oleh beberapa keluarga dimana masing-masing keluarga memiliki ciri khusus yang berlainan antara keluarga yang satu dengan yang lain. Di samping ciri-ciri yang berlainan bentuk keluarga pun tentunya tidak sama. Ada beberapa pendapat mengenai bentuk keluarga. Bentuk keluarga adalah[23]:
a.       Keluarga kecil, keluarga ini dibentuk berdasarkan pernikahan, biasanya terdiri dari seorang ibu, ayah dan anak-anak atau tanpa anak. Keluarga ini bertempat tinggal bersama dalam satu rumah.
b.      Keluarga besar, anggota-anggotanya diikat berdasarkan hubungan darah, keluarga ini anggotanya tidak hanya terdiri dari ibu, ayah, dan anak tetapi juga kakek, nenek, keponakan saudara sepupu, dan anggota lainnya. Keluarga besar tidak selalu bertempat tinggal dalam satu rumah.
2.        Fungsi Keluarga
Dalam keluarga secara kodrat terdapat pembagian tugas, tanggung jawab, dan fungsi-fungsi. Ayah merupakan pemimpin keluarga dan bertanggung jawab sepenuhnya dalam lingkungan keluarga, oleh karena kedudukannya sangat menentukan. Akan tetapi seorang ibu juga mempunyai tugas, tanggung jawab serta fungsi-fungsi tertentu. Sehubungan hal itu dalam menyelenggarakan kehidupan keluarga harus diciptakan keharmonisan dan keserasian antara anggota keluarga sehingga akan tercipta keluarga yang sejahtera lahir dan batin.



keluarga mempunyai tanggung jawab dan fungsi fungsi tertentu, yaitu: fungsi pendidikan, fungsi ekonomi, fungsi keamanan, fungsi sosial dan fungsi agama.[24] 
a.         Fungsi Pendidikan
Dalam pendidikan keluarga, peranan orang tua sangatlah penting. Orang tua disebut pertama dan utama, orang tua tidak hanya mempunyai kewajiban memberi makan putra-putrinya atau mengurus pakaiannya saja tapi yang paling penting adalah mendidik putra-putrinya dengan modal utama kasih sayang.
Pendidikan oleh orang tua yang diberikan sejak bayi dalam kandungan sampai datang masanya, anak diajari makan sendiri, mandi sendiri, dan diajari pula melakukan pekerjaan-pekerjaan ringan, selanjutnya apabila sudah waktunya, anak diberi pelajaran pendidikan agama, akhlak dan sopan santun. Pendidikan keluarga tidak hanya meliputi pendidikan rohani saja seperti agama, akhlak dan sopan santun tapi juga harus memperhatikan pertumbuhan jasmani, seperti mencukupi kebutuhan gizi anak, olah raga, dan aktivitas lainnya agar pertumbuhan jasmani dan rohani seimbang.
b.         Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi keluarga yaitu untuk menjalankan kewajiban dalam memenuhi kebutuhan ekonomi anak-anaknya, pada masyarakat sederhana tugas ini dipikul oleh suami, pada masyarakat modern ini suami istri memikul tanggung jawab ekonomi yang sama terhadap anak anak mereka.[25]
Fungsi ekonomi dalam keluarga erat hubungannya dengan tingkat keterampilan keluarga. Pada umumnya semakin tinggi pengalaman dan keterampilan anggota keluarga, semakin banyak kesempatan untuk berfungsi dalam ekonomi dan mempunyai kebutuhan ekonomi serta mempunyai kedudukan ekonomi yang baik.
c.         Fungsi Keamanan
Fungsi keamanan disini mempunyai makna yang luas, bukan hanya dalam fisik saja melainkan keamanan kehidupan seseorang baik rohani maupun jasmani. Keluarga harus tetap menjaga anak dari kecelakaan yang bisa terjadi setiap saat, misalnya jatuh dari pohon, tertabrak kendaraan, dan lainnya. Keluarga harus dapat menjaga anak dari penyakit dan mengusahakannya agar selalu sehat.
d.        Fungsi Sosial
Hampir tidak mungkin seseorang atau keluarga dapat hidup dan berdiri sendiri memenuhi kebutuhannya tanpa bantuan orang atau keluarga lain. Ini disebabkan karena keterbatasan manusia dalam segala hal dan sudah merupakan kodrat. Keterbatasan ini membawa manusia menjadi saling membutuhkan dan saling ketergantungan, sehingga mengharuskan manusia berhubungan dengan orang lain, saling tolong menolong dan saling bantu membantu.
Fungsi sosial adalah untuk membentuk kepribadiaan agar anak sesuai dengan harapan oarang tua dan masyarakat, di dalam keluarga anak diberi pengetahuan dasar tentang bagaimana harus hidup bersama orang lain, anak juga diberi pengetahuaan tentang bagaimana memosisikan diri dalam kehidupan yang lebih luas di masyarakat.[26]
e.         Fungsi Agama
Agama adalah segala peraturan dan ketentuan yang berasal dari Tuhan yang diturunkan melalui Nabi dengan Kitab Suci, yang bertujuan untuk mencapai kesejahteraan umat manusia baik dunia maupun akherat. Agama juga merupakan sumber pendidikan paling luhur karena memuat ketentuan- ketentuan yang mengatur segi-segi yang mendasar baik kehidupan manusia, seperti akhlak, karakter, dan mental manusia.
Dalam membentuk sikap taqwa bagi anak-anak sangat penting, contoh keselarasan dari keteladanan orang tua. Dalam keluarga harus dapat diciptakan kehidupan keagamaan mulai dari pikiran, perkataan, perbuatan dan tindakan berdasarkan ajaran agama. Proses ini harus dimulai dari orang tua sebagai panutan dan teladan keluarga.
3.     Nelayan
Nelayan sering didefinisikan sebagai orang yang melakukan kegiatan penangkapan ikan di laut. Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan kegiatan menangkap ikan, baik secara langsung (seperti menebar dan menarik jaring), maupun secara tidak langsung (seperti juru mudi perahu layar, nahkoda kapal ikan bermotor, ahli mesin kapal, juru masak kapal penangkap ikan) sebagai mata pencaharian[27].
Nelayan secara umum dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu
a.         Nelayan Juragan
Nelayan juragan adalah nelayan pemilik perahu dan penangkap ikan yang mampu mengupah para nelayan pekerja sebagai pembantu dalam usahanya menangkap ikan di laut. Mereka memiliki sawah tadah hujan saja. Nelayan juragan dibedakan menjadi dua, yaitu:
1)      Nelayan juragan laut, bila masih aktif di laut.
2)      Nelayan juragan darat, bila sudah tua dan hanya mengendalikan usahannya dari darat.
3)      Nelayan juragan darat, bila sudah tua dan hanya mengendalikan usahannya dari darat.
Sedangkan pihak lain yang memiliki perahu dan alat penangkap ikan tetapi bukan merupakan kaum nelayan asli yang biasanya disebut cukong.
b.      Nelayan Pekerja
Merupakan nelayan yang tidak mempunyai alat produksi tetapi hanya mempunyai tenaga yang dijual kepada nelayan juragan tersebut untuk membantu menjalankan usaha penangkapan ikan di laut. Mereka disebut juga nelayan penggarap. Dalam hubungan kerja antar sesama nelayan pekerja, berlaku perjanjian tidak tertulis yang sudah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu. Dalam hal ini juragan berkewajiban mengutamakan bahan makan dan kayu bakar untuk keperluan operasi menangkap ikan.
Kalau nelayan pekerja memerlukan lagi bahan makanan untuk dapur keluarga yang ditinggalkannya selama berlayar, maka nelayan itu harus berhutang lagi pada juragan. Hasil penangkapan ikan di laut dibagi menurut peraturan tertentu yang berbeda dengan juragan yang bersangkutan. Umumnya bagian nelayan pekerja selalu habis untuk membayar utang.

c.       Nelayan Pemilik
Merupakan nelayan yang kurang mampu yang hanya mempunyai perahu kecil untuk dirinya sendiri dan alat penangkap yang sederhana, karena itu mereka disebut juga nelayan perorangan atau nelayan miskin. Mereka tidak memiliki tanah, sawah untuk diusahakan di musim hujan. Sebagian besar dari mereka tidak mempunyai modal kerja sendiri tetapi meminjam dari pelepas uang dengan perjanjian tertentu.
Umumnya keluarga nelayan baru yang memulai usahanya dari bawah. Masyarakat nelayan paling sedikit memiliki lima karakteristik yang membedakan dengan petani pada umumnya. Kelima karakteristik itu adalah[28]:
1)      Pendapatan nelayan bersifat harian dan jumlahnya sulit ditentukan. Selain itu pendapatannya juga sangat tergantung pada musim dan status nelayan itu sendiri.
2)      Dilihat dari pendidikannya, tingkat pendidikan nelayan maupun anak-anak nelayan pada umumnya rendah.
3)      Dihubungkan dengan sifat produk yang dihasilkan nelayan maka nelayan lebuh banyak berhubungan dengan ekonomi tukar-menukar, karena produk tersebut bukan merupakan makanan pokok.
4)      Bahwa dibidang perikanan membuktikan investasi yang cukup besar dan cenderung mengandung resiko yang lebih besar jika dibandingkan dengan sektor lainnya.
5)      Kehidupan nelayan yang miskin juga diliputi oleh kerentanan, misalnya ditunjukkan oleh terbatasnya anggota keluarga yang secara langsung dapat ikut dalam kegiatan produksi dan ketergantungan nelayan yang sangat besar pada satu mata pencaharian yaitu menangkap ikan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga nelayan adalah orang yang menggantungkan hidupnya pada sumber daya laut yaitu melalui kegiatan menangkap ikan. Rumah tangga nelayan pada umumnya memiliki persoalan yang kompleks dibandingkan dengan rumah tangga petani. Rumah tangga nelayan memiliki ciri-ciri khusus seperti penggunaan wilayah pesisir dan lautan sebagai faktor produksi, pendapatan sulit ditentukan karena tergantung pada musim dan status nelayan, pendidikan nelayan relatif rendah, dan nelayan membutuhkan investasi yang besar tanpa mengetahui hasil yang akan dicapai.



C.      Pengasuhan Anak
Anak pada hakikatnya merupakan amanat dari Allah SWT yang harus disyukuri, dan sebagai muslim wajib mengemban amanat itu dengan baik dan benar. Cara mensyukuri karunia Allah tersebut yang berupa anak adalah dengan melalui merawat, mengasuh, dan mendidik anak tersebut dengan baik dan benar, agar mereka kelak tidak menjadi anak-anak yang lemah, baik fisik dam mental, serta lemah iman dan lemah kehidupan duniawinya.
Anak juga cahaya mata, tumpuan harapan serta kebanggaan keluarga. Anak adalah generasi mendatang yang mewarnai masa kini dan diharapkan  dapat membawa kemajuan dimasa mendatang. Anak juga merupakan ujian bagi setiap orang tua sebagaimana disebutkan[29] :

. للَّهَ عِندَهُ جرٌ عَظيمٌ اعلَمووَ نَّما أَموٰلُكُم أَولٰدُكُم فِتنَةٌ وَأَنَّ
Artinya :”Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya disisi Allahlah pahala yang besar.” (QS.al-Anfal ayat 28).

             Ayat tersebut di atas, menjelaskan salah satu ujian yang diberikan Allah kepada orang tua adalah anak-anak. Itulah sebabnya setiap orangtua hendaklah benar-benar bertanggung jawab terhadap pola asuh serta amanah yang diberikan Allah Swt sekaligus menjadi batu ujian yang harus dijalankan. Jika anak yang dididik mengikuti ajaran Islam maka orang tua akan memperoleh ganjaran pahala yang besar dari hasil ketaatan mereka.Hadits Rasulullah saw yang berkenaan kewajiban orang tua untuk mengasuh serta membimbing anaknya :[30]
    هَلْ جَمْعَاءَ بَهِيْمَةً الْبَهِيْمَةُ تُنْتِجُ كَمَا يُمَجِّسَانِهِ، أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُهَوِّدَانِهِ فَأَبَوَاهُ لْفِطْرَةِ،اعَلىَ يُوْلَدُ إِلاَّ مَوُلُودٍ مِنْ مَا
                         جَدْعَاءَ؟ مِنْ فِيْهَا تُحِسُّونَ  
Artinya : “Tiada seorang anak pun yang lahir, kecuali ia dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak itu baragama yahudi, nasrani, atau majusi. “ (HR. Bukhari – Muslim).
               Tentang tanggung jawab orang tua disebutkan juga dalam hadist ;[31]
              مَسْئُولٌ وَكُلُّكُمْ رَاعٍ كُلُّكُمْ يَقُولُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ اللَّهُ صَلَّى اللَّهِ رَسُولَ أَنَّ عَنْهُمَا عَنْ اللَّهُ رَضِيَ عُمَرَ ابْنِ عَنْ
 بَيْتِ فِي رَاعِيَةٌ وَالْمَرْأَةُ رَعِيَّتِهِ عَنْ مَسْئُولٌ وَهُوَ أَهْلِهِ فِي رَاعٍ وَالرَّجُلُ رَعِيَّتِهِ عَنْ وَمَسْئُولٌ رَاعٍ الْإِمَامُ رَعِيَّتِهِ
رَعِيَّتِهِ عَنْ وَمَسْئُولٌ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ رَعِيَّتِهِ عَنْ وَمَسْئُولٌ سَيِّدِهِ مَالِ فِي رَاعٍ وَالْخَادِمُ رَعِيَّتِهَا عَنْ  وَمَسْئُولٌ وَمَسْئُولَةٌ
Artinya:”Tiap-tiap kamu adalah pemimpin dan tiap-tiap kamu akan ditanya tentang kepemimpinannya,seorang laki-laki adalah pemimpin didalam keluarganya dia akan ditanya tentang kepemimpinannya, seorang wanita adalah pemimpin,dia akan ditanya tentang kepemimpinannya,seorang pelayan adalah pemimpin didalam harta majikannya,dia akan ditanya tentang kepemimpinannya, seorang laki-laki adalah pemimpin dalam harta ayahnya,dia akan ditanya tentang kepemimpinannya,maka tiap-tiap dari kamu adalah pemimpin dan tiap-tiap kamu akan ditanya tentang kepemimpinannya. (HR.Al-Bukhari dan Muslim).
Fitrah yang dimaksud adalah bahwa setiap anak yang dilahirkan sudah memiliki potensi-potensi yang harus diwujudkan dan dikembangkan, potensi-potensi tersebut berupa bakat-bakat kreatifitas anak yang harus dimunculkan, sehingga bakat tersebut dapat menjadi acuan bagi kelangsungan hidupnya kelak setelah dewasa. Orang tua hendaklah teliti dalam perkembangan anak. Potensi beribadah shalat anak haruslah sejak dini diperhatikan, dimulai dengan mengenal lingkungan sekitar.
Seperti yang disampaikan oleh Al-Hadits, Shahih Bukhari – Muslim “Setiap orang dari kamu adalah pemimpin, dan kamu bertanggung jawab atas kepemimpinan”.
Makna dari istilah tanggung jawab adalah siap menerima kewajiban atau tugas. Arti tanggung jawab di atas semestinya sangat mudah untuk dimengerti oleh setiap orang. Tanggung jawab adalah kesadaran seseorang baik orang tua akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tangung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya yang harus dilakukan oleh seseorang dalam kehidupan keluarga maupun masyarakat luas.
Pola asuh merupakan suatu cara yang terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam mendidik atau membina karakter anak sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak, di mana tanggung jawab untuk mendidik anak merupakan tanggung jawab primer. Oleh karena anak adalah hasil dari buah kasih sayang yang dilakukan dalam ikatan tali perkawinan antara suami dan isteri dalam suatu keluarga. Pola asuh merupakan sikap orang tua dalam menunjukan otoritasnya dan perhatiaan atau tanggapan terhadapa keinginan anak, sehingga disebut pola asuh orang tua adalah bagaimana cara mendidik anak baik secara langsung maupun tidak langsung.[32]
Setiap orang tua ingin membina agar anak menjadi orang yang baik, mempunyai kepribadian yang kuat dan sikap mental yang sehat dan akhlak yang terpuji. Semua itu dapat diusahakan melalui pola asuh yang baik, baik yang formal maupun non formal. Setiap pengalaman yang dilakui anak, baik melalui penglihatan, pendengaran, maupun perlakuan yang diterimanya akan ikut menentukan pembinaan pribadinya.
Orang tua adalah pembinaan pribadi yang pertama dalam hidup anak. Kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup yang dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak yang sedang tumbuh. Perilaku orang tua terhadap anak tertentu dan terhadap semua anaknya, Perlakuan keras, akan berlainan akibatnya dari pada perlakuan yang lembut dalam pribadi anak. Hubungan orang tua ibu dan ayah sangat mempengaruhi pertumbuhan jiwa anak, hubungan yang serasi, penuh pengertian dan kasih sayang, akan membawa kepada pembinaan pribadi yang tenang terbuka dan mudah didik, karena anak akan mendapat kesempatan yang cukup dan baik untuk tumbuh dan berkembang dengan sendirinya. Tapi hubungan orang tua yang tidak serasi, banyak perselisihan dan percecokan akan membawa anak kepada pertumbuhan pribadi yang sukar dan tidak mudah dibentuk, karena anak tidak mendapatkan suasana yang baik untuk berkembang, sebab selalu tergantung oleh suasana orang tuanya.
Fungsi orang tua salah satunya mengasuh anak-anaknya. Sebagai pengasuh dan pembimbing dalam keluarga, orang tua sangat berperan dalam meletakkan dasar-dasar perilaku bagi anak-anaknya. Sikap, perilaku, dan kebiasaan orang tua selalu dilihat, dinilai dan ditiru oleh anaknya yang kemudian semua itu secara sadar atau tidak sadar diresapinya dan kemudian menjadi kebiasaan pula bagi anak-anaknya. Hal demikian disebabkan karena anak mengidentifikasi diri pada orang tuanya sebelum mengadakan identifikasi dengan orang lain.
Para orang dewasa cenderung membesarkan anak-anak mereka dengan cara yang sama seperti mereka dibesarkan oleh orang tua mereka. Dan juga orang tua dalam mengasuh anaknya dipengaruhi oleh budaya yang ada di lingkungannya, di samping itu orang tua diwarnai oleh sikap sikap tertentu dalam memelihara anak, membimbing dan mengarahkan anaknya. Karena setiap keluarga terutama orang tua,  norma, dan alasan tertentu dalam menerapakan suatu perlakuaan tertentu kepada anaknya. Berberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua yaitu sebagai berikut[33] :
a.                   Lingkungan tempat tinggal
Lingkungan tempat tinggal suatu keluarga akan mempengaruhi cara orang tua dalam menerapkan pola asuh. Hal ini bisa dilihat bila suatu keluarga tinggal di kota besar, maka orang tua kemungkinan akan banyak mengkontrol karena merasa khawatir, misalnya melarang anak untuk pergi kemana-mana sendirian. Hal ini sangat jauh berbeda jika suatu keluarga tinggal di suatu pedesaan, maka orang tua kemungkinan tidak begitu khawatir jika anak-anaknya pergi kemana mana sendirian.
b.                  Sub kultur budaya
Budaya di suatu lingkungan tempat keluarga menetap akan mempengaruhi pola asuh orang tua. Hal ini dapat dilihat bahwa banyak orang tua di Amerika Serikat yang memperkenankan anak-anak mereka untuk mepertanyakan tindakan orang tua dan mengambil bagian dalam argumen tentang aturan dan standar moral.

c.                   Status sosial ekonomi
Keluarga dari status sosial yang berbeda mempunyai pandangan yang berbeda tentang cara mengasuh anak yang tepat dan dapat diterima, sebagai contoh: ibu dari kelas menengah kebawah lebih menentang ketidak sopanan anak dibanding ibu dari kelas menengah ke atas. Begitupun juga dengan orang tua dari kelas buruh atau nelayan lebih menghargai penyesuaian dengan standar eksternal, sementara orangtua dari kelas menengah lebih menekankan pada penyesuaian dengan standar perilaku yang sudah terinternalisasi.



BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A.                Gambaran Umum Lokasi Penelitiaan
Mengingat Indonesia merupakan negara kepuluan yang terdiri atas beberapa pulau besar maupun kecil, sebagai negara Republik Indonesia memiliki wilayah perairan yang lebih luas bila dibandingkan dengan luas daratannya. Melihat komposisi wilayah kepulauan Indonesia memiliki potensi yang cukup penting terutama potensi yang terkandung di dalam laut, dimana memiliki kekayaan yang besar bukan hanya jenis ikan yang beragam, tetapi juga jenis hayati lain yang hidup diperairan Indonesia.
Di Kecamatan Pulo Aceh, diketahui bahwa ada begitu banyak peluang bagi nelayan karena melihat potensi alam yang di mana terdapat pantai sebagai tempat wisata dan juga wisata sejarah yaitu MERCUSUAR Ujong Puneu yang dibangun oleh Pemerintah Belanda Tahun 1817. Kecamatan Pulo Aceh dibagi kepada tiga kemukiman yaitu Kemukiman Pulau Nasi, Kemukiman Pulau Breuh Selatan, Kemukiman Pulau Breuh Utara dan 17 desa. Termasuk desa Meulingge dengan Kemukiman Pulo Beras Utara dengan Kabupaten Aceh Besar Propinsi Aceh, Indonisia. Dengan Kondisi topografi desa-desa di Pulo Aceh umumnya terletak di tepian pantai (desa nelayan), di sekitar perbukitan (desa petani/perkebunan) dan di area dataran (kawasan perdagangan dan jasa).


1.             Kondisi Geografis
Kecamatan Pulo Aceh,[34] adalah salah satu dari kecamatan yang ada di Kabupaten Aceh Besar dan merupakan satu-satunya kecamatan kepulauan di Kabupaten Aceh Besar, yang terbentuk berdasarkan PP No. 5 tahun 983 dengan ibu kota Lampuyang. Selanjutnya berdasarkan UU nomor 37 tahun 2000 Kecamatan Pulo Aceh juga Termasuk dalam Wilayah Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang.
Secara administrasi Kecamatan Pulo Aceh terdiri dari tiga kemukiman (kesatuan wilayah administrasi yang berada antara kecamatan dan desa ) dan 17 desa. Setiap mukim dipimpin oleh seorang kepala mukim dan untuk tingkat desa dipimpin oleh seorang keuchik. Luas wilayah Kecamatan Pulo Aceh mencapai 240,75 Km2.
NO
KEMUKIMAN
DESA
1
Pulau Nasi
Alue Riyeung. Rabo. Lamteng. Dedap. Pasi janeng.
2
Pulau Beras Selatan
Lampuyang. Gugop. Lhoh. Ulee Paya. Seurapong. Blang Situngkoh. Paloh. Teunom.
2
Pulau Beras Utara
Rhinon. Meulingge. Lapeng. Alu raya.
Sumber : Kantor Kecamatan Pulo Aceh (2012)
Adapun batas Wilayah Pulo Aceh adalah sebagai berikut :
1.    Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka
2.    Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Peukan Bada
3.    Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Benggala
4.    Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera India
   Pulau-pulau dalam gugus kepulauan Pulo Aceh terdiri dari sepuluh Pulau, 3 (tiga) Pulau berpenduduk dan 7 (tujuh) pulau lainnya tidak berpenghuni di antaranya, Pulau Jroeh, Pulau Tengkurak, Pulau Tuan Di Payed, Pulau U, Pulau Sidom, Pulau Geupon Dan Pulau Lhee Blah Atau Pulau Benggala.
2.             Keadaan Penduduk
Penduduk di desa Meulingge mayoritas suku Aceh asli, di mana masyarakat tersebut masih sangat kental dengan adat istiadat yang turun temurun masih melekat hingga saat sekarang ini. Hubungan kekerabatan yang sangat erat antara penduduk yang satu dengan yang lain, menimbulkan adanya rasa solidaritas antara penduduk cukup baik, hal ini merupakan suatu aspek yang sangat penting dalam menunjang kerjasama dan menjalin hubungan dalam proses kehidupan bermasyarakat.
Desa Meulingge merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Pulau Aceh yang berada paling ujung kepulauan dengan jumlah penduduk pada tahun 2012 berjumlah 244 jiwa. Jumlah tersebut terdiri dari 138 laki-laki serta 106 perempuan, dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 83. Jumlah tersebut cukup sedikit jika dibandingkan dengan data tahun 2010 sebanyak 244 jiwa, pada tahun 2009 sebanyak 251 jiwa serta pada tahun 2008 sebanyak 369 jiwa.[35] Di Desa Meulingge  itu sendiri mengalami adanya pengurangan penduduk karena disebabkan oleh faktor perkawinan atau perpindahan penduduk ke desa lain dan faktor pencarian ekonomi.

3.             Mata Pencaharian
Masyarakat yang ada di Desa Meulingge  pada umumnya bermata pencaharian pada sektor perikanan-perkebunan. Sebagai masyarakat yang banyak menggantungkan hidupnya dari mata pencaharian sebagai nelayan dan juga perkebunan, secara mutlak kondisi eknominya banyak dipengaruhi iklim wilayah antara iklim laut dan iklim tanah, kehidupan masyarakat Meulingge berdasarkan ekonomi nelayan sering mengalami ketidakseimbangan karena tingkat penghasilan yang tidak menentu, diakibatkan oleh harga jual hasil perikanan yang kadang-kadang stabil dan kadang-kadang sangat rendah, dan juga besar pengaruhnya oleh keadaan cuaca atau angin laut, banyak masyarakat Meulingge ketika musim angin barat biasa terjadi pada bulan Juli – Januari masyarakat beralih profesi atau berpindah mata pencariaannya sebagai berkebun. Dan ketika angin melemah masyarakat kembali menjadi nelayan. Kendalan sosial ekonomi yang terjadi berakibat kepada keakraban masyarakat yang erat dan tinggi, tokoh informan atau yang dituakan dan tokoh agama mendapat penghormatan yang tinggi  dalam masyarakat dalam hal menyelesaikan permasalahan atau perselisihan.
4.             Sarana dan Prasarana
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan dilapangan bahwa selain kondisi keadaan alam, keadaan penduduk, dan mata pencaharian. Di desa Meulingge  juga dilengkapi oleh beberapa fasilitas atau berupa sarana dan prasarana umum, dan tentunya dimanfaatkan dan ada juga yang tidak terpakai, karena kurangnya sumber daya manusianya.
antara lain sarana peribadatan, sarana dan prasarana kesehatan, sarana pendidikan, sarana umum lainnya, dan pengelola sarana dan prasarana. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4. Distribusi Fasilitas atau Sarana dan Prasarana Umum di Desa Meulingge
NO
Fasilitas  Umum
Jumlah
Keterangan
1
Mesjid
1
Terpakai
2
Meunasah
1
Tidak Terpakai
3
Posyandu
1
Tidak Terpakai
4
Gedung Serbaguna
1
Tidak Terpakai
5
Sekolah Dasar
1
Terpakai
6
Lapangan Olah Raga :
a.       Sepak bola
b.      Bola Volly

1
1

Terpakai
Tidak Terpakai
7
TPA
1
Tidak Terpakai
8
Dermaga
1
Swadaya Masyarakat
9
Jalan utama

Dalam proses perbaikan

Jumlah
10

Sumber : Hasil Observasi Peneliti 2013
   Berdasarkan tabel di atas dapat digambarkan beberapa potensi terkait dengan sarana dan prasarana umum di desa Meulingge , mungkin salah satunya adalah pada lapangan olahraga dimana terdapat 2 (dua) lapangan yaitu bola kaki dan Bola Volly, kedua jenis olahraga ini banyak ditekuni dan digemari oleh masyarakat muda desa Meulingge. Selain itu dibidang prestasi olahraga tersebut telah memperoleh beberapa piala dari pertandingan baik itu tingkat desa maupun sampai kepada tingkat kecamatan. Itu dapat dilihat dipajangan kedai kopi desa Meulingge. Untuk jalur tranportasi laut atau dermaga berada dalam kondisi rusak dan masih perlu perbaikan.
5.             Potensi Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi suatu daerah sangat ditentukan adanya sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan, karena desa Meulingge merupakan jalur akses dengan Ibu kota Banda Aceh, maka perkembangan ekonominya sangat dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi dari kota Banda Aceh itu sendiri.
Adapun hasil produksi perikanan dan perkebunan di desa Meulingge sebagian besar hasil tangkapan para nelayan atau hasil pengolahan ikan dan perkebunan dijual, baik itu melalui pedagang besar maupun langsung dipasarkan sendiri yang ada di Ulee Lhue Banda Aceh. Namun untuk hasil proses penangkapan ikan masyarakat desa Meulingge masih tergolong tradisional yang dengan mengunakan pancing dan pukat dengan perahu yang relatif kecil yang hanya beroperasi di kawasan sekitar kepulauan desa Meulingge, yang menyebabkan kalah bersaing dengan pelaut pendatang atau perahu yang diluar kepemilikan warga desa Meulingge.
6.             Pendidikan
Perkembangan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya serta kualitas intelektual masyarakatnya, salah satu bentuk usaha dalam pengembangan sumber daya manusia ini adalah meningkatkan mutu pendidikan. Masyarakat yang ada di desa Meulingge  merupakan bagian dari tuntutan yang telah dikemukakan sebelumnya mengingat bahwa pendidikan merupakan hal yang terpenting bagi masa depan yang baik untuk setiap orang.
Kenyataannya tingkat pendidikan yang ada di desa Meulingge  tidak seperti yang diharapkan sebab di desa tersebut hanya memiliki sarana pendidikan di tingkat Sekolah Dasar (SD) saja selain itu juga masyarakat yang ada di desa tersebut tidak terlalu mementingkan dunia pendidikan. Ini dapat dilihat dengan tidak tersedianya SDM (sumber daya manusia) yang memadai pada desa tersebut. Seperti yang dilihat pada hasil observasi peneliti anak - anak yang sekolah di SD tersebut masih kurang dalam ilmu pendidikan dan masih minim pengetahuaan. Baik di ruang maupun di luar ruangan sekolah.
7.             Kesehatan
      Untuk menjaga dan menfasilitasi penduduk desa Meulingge dalam bidang kesehatan, pemerintah telah menbangun pusat pelayan terpadu (Posyandu), dan poliklinik desa (Polindes) namun untuk sember daya manusianya atau perawatnya masih sangat kurang, apalagi obat obatan untuk warga. Masyarakat desa Meulingge jika ada mengeluh masalah kesehatan maka harus pergi ke Ibukota Kecamatan yaitu desa Lampuyang yang jarak 4 kilometer dan itu belum tentu ada perawat setiap hari, sehingga warga desa sampai sekarang masih mempercayai pengobatan tradisional dari tokoh adat setempat dan itu adalah solusi terakhir yang ada di desa Meulingge. 


B.            Hasil Penelitian
Peranan Keluarga Nelayan Dalam Mengasuh Anak
Sebagaimana telah dikemukakan di muka bahwa keluarga merupakan lingkungan pertama di mana anak mulai mengembangkan dirinya sebagai makhluk sosial. Dengan demikian kondisi keluarga dan peranan orang tua akan sangat mempengaruhi cara pandang, cara sikap dan pola tingkah laku anak termasuk perkembangan kejiwaannya. Secara umum, peneliti menyadari adanya perbedaan positif antara peran ayah dan peran ibu dalam mengasuh anak. Komitmen dan pembagian tugas yang terarah dan terencana dengan baik menjadi kunci keberhasilan pasangan suami-isteri atau orang tua dalam mengasuh dan bimbingan anak-anaknya. Sebagian besar dari hasil penelitian mengakui adanya kesepakatan antara ayah dan ibu  dalam hal memainkan peran dan tugas mengasuh anak, hal ini terungkap dari salah satu di antara pasangan suami-isteri dan juga sebagai keuchik gampong Meulingge bahwa :
“kami dalam hal mengasuh anak-anak biasanya seperti sudah terbagi sendiri tugas-tugasnya baik dalam hal sekolah maupun lain-lainya, walaupun anak – anak lebih memanjakan diri kepada ibunya dari pada ayah, kalau ayah lebih kepada penekanan kepada sesuatu yang mana yang harus dan tidak harus dilakukan oleh anak dan pembuat keputusan, tapi kalau yang sudah besar mereka sudah mengerti sendiri tanpa banyak yang harus kita arahkan lagi. Dan kalau ibu lebih sering kepada mejaga diri mereka untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak boleh dalam agama“[36]

Hasil pengamatan penelti menunjukkan anak-anak yang masih dalam perhatian khusus adalah anak–anak yang masih sekolah, serta yang sudah mandiri orang tua di sana memberi kelongggaran untuk menentukan arah hidupnya. Perannya sebagai orang tua sudah longgar kepada anak khususnya anak laki-laki.Yang penting mereka taat adat istiadat yang ada di desa Meulingge.[37]
Orang tua di desa Meulingge secara bergantian mendampingi anak menyelesaikan tugas-tugasnya seperti membimbing anak ketika belajar di rumah atau menyelesaikan tugas-tugas sekolah-nya. Para orang tua tersebut juga secara intensif melakukan pengawasan dan bimbingan yang sangat diperlukan oleh anak-anak mereka dalam setiap aspek petumbuhan dan perkembangannya.
Figur seorang ayah memegang peranan penting tidak hanya sekadar mencari nafkah untuk keluarga, tetapi juga berkaitan dengan mengasuh dan perkembangan anak. Di samping memainkan peranan sebagai penyedia dan pemberi fasilitas, pemberi perlindungan, pembuat keputusan, dan kepala keluarga. Pengaruh peran seorang ayah yang paling kuat juga terletak pada pencapaian prestasi belajar anak dan hubungan sosial yang harmonis.
Saya memang banyak kesibukan di luar rumah. Tapi untuk mengurus atau menjaga anak memang sudah tanggung jawab saya dan  hak saya sebagai keluarga, walau sibuk melaut nanti ketika ada waktu luang saya juga memberikan dorongan mental maupun semangat dalam hal sekolah atau pergi mengaji dan yang lainnya. Walau sebenarnya juga anak harus mengerti juga resiko saya sebagai nelayan desa yang hanya punya sebatas ilmu dan adat yang kami punyai.[38]

Peneliti melihat disini bahwa anak yang disuruh mengaji adalah anak yang masih sekolah di tingkat dasar, tapi anak yang sudah besar  tidak lagi dipaksa, itupun agama masih kurang karena juga orang tuanya masih juga kurang dalam pengetahuan agama, ini didapat dari perkataan anaknya. Dari hasil pengamatan lainnya juga dengan gamblang sebagian orang tua mengetahui tanggung jawabnya sebagai orang tua, namun waktulah alasan para nelayan yang jarang berkomunikasi dengan anak dan mengurus anak-anak mereka, seakan anak dipaksa mengerti keadaan orang tua yang membuat mereka belajar dengan pengamatan panca inderanya.[39]
Para masyarakat desa Meulingge pada umumnya beranggapan bahwa dengan keterlibatan ayah dalam pengasuhan akan memberikan efek positif dalam pertumbuhan dan perkembangan anak termasuk dalam hal-hal memotivasi anak untuk mencapai prestasi terbaik dalam proses pembelajarannya di sekolah. Di samping itu pula, keterlibatan ayah dalam pengasuhan akan menjadikan anak mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk menjalin hubungan dengan ayahnya dan selanjutnya mengalami proses yang kaya dalam perkembangannya karena stimulasi yang diberikan ayah berbeda dari yang diberikan oleh ibu. Meski demikian, peran ayah dalam proses pengasuhan ini menurut sebagian masyarakat nelayan di desa lebih bersifat individual.
Hal ini berbeda dengan ibu yang dikatakan mempunyai naluri untuk berperan sebagai ibu dan memiliki kepribadian yang secara umum berbeda dengan kepribadian seorang ayah. Apapun kewajiban yang mendasari peran ayah sebagaimana telah menjadi hasil wawancara peneliti, ada hal yang menarik untuk ditekankan dari tanggapan para masyarakat bahwa ada hal efek positif dari keterlibatan seorang ayah dalam pengasuhan. Ayah yang terlibat dalam pengasuhan  diyakini akan memberikan efek positif dalam pertumbuhan dan perkembangan anak, termasuk dalam hal pencapaian prestasi belajar anak secara keseluruhan. Dan juga dalam hal segi sosial yang hidup berdampingan dengan masyarakat disekitar dan juga menjadi panutan untuk mencari jati diri dan kebahagia hidup walau hanya sebagai keluarga nelayan yang tergolong disibukan dengan aktifitas melaut dari pada berada di tempat lain, yang membuat diri seorang anak yang berkerja keras dan lebih banyak belajar otodidak. Kadang orangtua lebih melibat anak-anak untuk  membantu orangtua dari pada bergaul bebas, orangtua di sana menganggap lebih baik anak-anak membantu pekerjaan orang tua setelah selesi belajar dari pada harus kumpul dengan kawan-kawannya yang belum tentu baik dan takut terjerumus ke dalam hal-hal yang kurang baik. Seperti hasil wawancara dengan ibu Yus :
Anak – anak di sini nak, sering bahkan harus membantu ayah atau ibu dari pada harus ketempat lain, bermain atau sebagainya. Biasanya anak saya setelah pulang sekolah dia langsung mengembala kambing, nanti kalau ayahnya sudah pulang dari laut baru anak saya ke dermaga untuk membantu hasil tangkapan ikan. Itu lebih baik dari pada keluyuran yang tidak ibu tau.
Saya mendidik anak dengan menyuruh sekolah belajar dan mengaji, sedangkan untuk mencari rizki itu sudah tugas bapak kalau saya berkerja di rumah tapi tidak berpenghasilan cuma melakukan bersih bersih rumah[40].

Hasil pengamatan di rumah ibu Yus memang benar bahwa anaknya sedang mengembala kambing, serta ibu Yus sibuk mebelah kayu bakar untuk keperluan alat masak dapur, seakan pekerjaan kecil tanpa disuruh anaknya sudah mengerti mengerjakan dan juga terungkap dari hasil pembicaraan bahwa yang paling suka adalah mebantua ayah di pesisir laut.[41]
Berarti bisa diambil kesimpulan bahwa peranan ibu dalam mendidik anak lebih kepada penekanan pengawasan melalui pekerjaan anak, dengan begitu anak tidak jauh dari pengawasan serta pengamanan orangtua, serta dengan begitu anak akan menemukan sendiri kehidupan sosialnya dalam masyarakat. Namun bisa dilihat dengan begitu pengawasan agama agak berkurang karena setiap hari anak disibukkkan dengan pekerjaannya dan dimalam hari anak akan cepat tertidur sebab kelelahan di siang hari.
Pengaturan atau pengelolaan rumah tangga merupakan tugas utama para orang tua nelayan, kegiatan ini seolah-olah tidak mengenal waktu dalam pelaksanaannya. Khususnya para ibu rumah tangga, tugas ini antara lain berkaitan dengan penyiapan makan dan minum bagi segenap anggota keluarga seperti mengasuh, mendidik, menjaga dan mengarahkan anak-anak terutama bagi yang belum dewasa mengurus, membersihkan mencuci dan membereskan rumah termasuk menjaga kebersihan dan kerapian pakaian segenap anggota keluarga dan juga membantu suaminya. Melihat tugas ke rumah-tanggaan yang harus dipikul oleh seorang ibu rumah tangga tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang lain. Begitu bangun dari tidur mereka telah dihadapkan dengan setumpuk tugas yang harus dilakukan.
Memandang masyarakat sebagai sistem yang terdiri atas bagian yang berkaitan dengan agama, pendidikan, struktur publik, sampai kepada pengurusan rumah tangga yang dialami. Berikut hasil wawancara dengan ibu Rauzah :
 “Para ibu-ibu yang ada di desa ini biasanya memulai kegiatan rumah tangga sekitar pukul 05.00 WIB. Mulai dari menyiapkan makanan untuk semua anggota keluarga, termasuk bekal suami di laut, perlengkapan sekolah anak, dan bersih-bersih rumah, ini semua merupakan tugas yang pertama kali dikerjakan. Memasak atau mengolah bahan mentah menjadi bahan yang siap dihidangkan untuk dimakan anggota keluarga merupakan tugas kedua yang harus dikerjakan. Tugas ini  dikerjakan setelah suami pergi ke laut dan anak-anak pergi ke sekolah. Seperti juga mencari kayu bakar memberikan makan ternak. Disini juga kebanyak ibu-ibunya pergi ke ladang atau berkebun untuk menambah penghasilan keluarga.” [42]

Menurut pengamatan peneliti kegiatan rumah tangga dimulai setelah shalat subuh, kaum ibu memasak, mencuci, membersihkan rumah serta menyiapkana pakaian sekolah anak.  Peran sebagai orang tua memang sangat terlihat ketika pagi hari, namun jika siang sampai sore itu terasa sepi karena ibu pergi ke ladang dan ayah melaut, maka waktu itu lah yang dimanfaatkan anak-anak untuk bermain di pintu rimba hutan, baik itu memetik buah atau mencari anak ikan di sungai yang mengalir ke laut.[43]
Seorang istri atau ibu rumah tangga yang baik sering dinilai motor penggerak keluarga apalagi di pagi hari, dari hal mengrus anak-anak ke sekolah dan juga menyiapkan keperluan suami dan juga keterampilan memasak. Walau kegiatan ini sering juga dibantu oleh anak-anak perempuan mereka. Namun, anak laki-laki hanya mempersiapkan keperulaannya saja. Oleh sebab itu, anak laki-laki sangat kecil perannya dalam hal rumah tangga. Anak laki-laki seolah terbebas dari pekerjaan kerumahtanggaan termasuk mencuci pakaian, atau mengurus rumah. Menurut hasil wawancara, mengatakan bahwa :
“Jika bukan waktu sekolah tugas dari anak laki-laki adalah membantu ayahnya menangkap ikan di laut. Karena itu memang  pekerjaan yang mereka tangani adalah yang berkaitan dengan kenelayanan, kalau untuk anak laki-laki yang belum dapat diajak melaut, diberi tugas untuk membersihkan berbagai peralatan melaut seperti membersihkan jaring dari kotoran-kotoran selepas digunakan oleh bapaknya untuk menangkap ikan, atau membereskan dan membersihkan perahu setelah digunakan berlayar menangkap ikan. Dan juga membawa hasil tanggkapan ayahnya.”[44]

Itu terlihat jelas di lapangan bahwa memang anak laki-laki membantu ayahnya melaut tanpa harus penjelasan ini tergambarkan pendapatan ekonomi berat ketergantungan di laut dan hasil tangkapan ikan. Mulai dari merawat perahu, memperbaiki jaring dan lain sebagainya yang membuat anak – anak di sana telalu disibukkan dengan aktifits melau hingga melupakan pendidikan informasi tentang perkembangan teknologi zaman yang semakin maju dan modern[45].

Dari penuturan di atas tergambar bahwa  anak laki-laki hanya memiliki peran sedikit di dalam rumah tangga, sebab waktu yang mereka miliki lebih kepada kegiatan yang ada di luar rumah tangga, baik itu hanya sekedar nongkrong dengan teman-temannya hinggga menghabiskan waktunya dengan membenahi perlengkapan melaut bapaknya.
Istri nelayan yang ada di desa Meulingge selain melaksanakan tugas kerumahtanggaan dan membantu mencari penghasilan tambahan bagi kebutuhan hidup keluarganya, mereka juga masih aktif dalam kegiatan-kegaiatan sosial kemasyarakatan. Itu terlihat dari kegiatan mengahadiri pengajiaan yang diadakan seminggu sekali. Untuk meningkatkan pengetahuaan agama dan ketenangan jiwa yang nanti akan menjadi ilmu atau mengetahui cara cara mengasuh anak seperti yang mereka dapat dari pengajiaan. Dan di situlah ilmu pertama untuk mengasuh anak dalam usia yang masih belia atau sekolah. Untuk tidak anaknya terjerumus dalam hal-hal yang maksiat atau yang dilarang agama dan untuk menjadi modal dimasa depan yang tidak mereka dapatkan disekolahnya.
“Untuk masalah mendidik anak saya tak begitu yakin akan ilmu yang mereka dapatkan di sekolah karena anak anak juga lupa dan hanya sebatas ilmu dunia saja. jadi kami selaku orang tuanya tak segan-segan dalam memberi arahan kepada mereka dan tata cara hidup bermasyarakat dan menanamkan adat istiadat yang ada di desa ini dan juga mengahargai alam. Walau nantinya anak-anak sendiri yang memilih jalan mereka ketika besar nantinya, kami hanya bisa menasehati. Terserah nantinya dia mau jadi apa atau ke mana. Karena kalau anak yang sudah besar kami menggapnya sudah bisa mencari sendiri jalannya. Untuk urusan mengaji kami memberinya kepada guru ngaji namun hanya seminggu dua kali. Lainnya mereka belajar di rumah.”[46]

Dari hasil wawancara diatas dan hasil pengamatan peneliti, memang terjadi di lapangan, tentang kesenjangan anak laki-laki yang beranjak dewasa tidak terlalu dituntun lagi oleh orang tua desa Meulingge. Orang tua hanya membimbing anak mereka yang masih masa pendidikan. Itu terlihat dari kesenjangan antara Ibu dan anak laki-laki yang sudah mulai menjauh atau tidak lagi mendengar aturan atau arahan orang tua.[47]

Dari hasil observasi menunjuk bahwa memang orang tua dalam peranannya hanya mengarahkan saja tanpa ada tindakan tindakan khusus yang membuat anak begitu bebas dalam pergaulan maupun dalam mengambil sikapnya sebagai anak-anak yang biasa hidup bebas dan tanpa aturan yang mengikat diri dari peraturan peraturan kehidupan. Pengajiaan yang diberikanpun hanya sebatas seminggu dua kali dan itupun belum tentu anak terjadwal selalu untuk mengikuti pengajiaan. Maka dari itu anak dalam kehidupan sosialnya sering meniru dan pergaulan sebelumnya seakan nantinya berjalan satu arah, jika anak sering bergaul dengan kelompok baik maka anak tersebut akan baik, jika anak bergaul dengan kelompok buruk maka itu akan menyesatkan nantinya.
Peran dan tanggung jawab orang tua terhadapa anak serta pengawasan dan membimbing, akan berpengaruh besar bagi anak. Karena keluarga guru pertama dan terdekat serta figur bagi anak. Apapun yang orang tua lakukan maka anak akan meniru baik secara langsung maupun tidak langsung.
Peran saya sebagai seorang dalam mendidik anak di sini tidak lain selain membimbing dan mengawasi anak anak kami dalam belajar dan pergawulan dalam masyarakat. Di dalam keluarga di desa Meulingge rata – rata yang berkewajiban untuk mencari nafkah untuk keluarga adalah laki-laki selaku kepala keluarga. Iya di desa Meulingge ini rata – rata sebagai kepala keluarga di sini berkerja untuk memenuhi semua kebutuhan keluarga. Dari hasil penghasil kami sebagai nelayan dan berkebun, kami merasa cukup untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak – anak kami di sekolah maupun di luar sekolah. Kami sebagai kepala keluarga sudah kewajiban kami menjaga anak–anak kami dan memerhatikan tentang kesehatan di-keseharian mereka. Dalam masalah lingkungan bersosial kami selalu mengajarkan untuk saling menghormati orang lain dan saling tolong menolong dalam hidup bermasyarakat. Dalam berlajar agama, kami sebagai orang tua berkewajiban penuh membimbing dan mengajari anak–anak kami tentang agama. Iya kami selaku seorang bapak sudah seharusnya kami mengajari anak-anak kami shalat dan menyuruh mereka untuk melakukannya. Iya  hal tersebut sudah menjadi kebiasan anak–anak di sini yang sudah besar untuk pergi nelayan dan membantu orang tua.[48]
Jelas bahwa ayahlah yang berkewajiban mencari nafkah untuk kehidupan keluarga, karena ayah ketika pagi hari sudah mulai melaut dan pulang pada sore hari, sehingga anak–anaknya hanya mendapat pengawasan hanya pada waktu malamnya saja. Sehingga pengetahuaan mengenai kehidupan sosial dan agama sangat berkurang, apalagi dari pengakuaan orang tua di sana ilmu pengetahuaan agamanya juga terbatas makanya mereka jarang mengajar anak untuk mengaji apalagi mengajarkan anak tentang pengetahuan dunia karena kebanyakan orang tua di sana tamatan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Hanya tahu cara melaut sehingga perkerjaan yang lain atau pengetahuaan luarnya jarang di dengar.[49]
Namun jika diperhatikan lebih mendalam, pengamatan peneliti menunjukkan anak-anak di desa Meulingge hanya di suruh shalat ketika waktu maghrib tiba, tapi di waktu lain seakan orang tua lupa atau menunda-nunda waktu. Dalam menghormati kepada yang orang lain memang sangat baik itu terlihat dari cara mereka berjalan menunduk di depan orang yang lebih tua darinya dan taat dalam membantu orang tua berkerja. Tolong menolong dalam kehidupan bermasyarakat sungguh besar dan juga merupakan istiadat warga desa Meulingge dan mereka lakukan dengan tulus ikhlas serta empati terhadap sesama masyarakat. Dan itu juga ciri khas kehidupan masyarakat pesisir.[50]
Untuk anak-anak yang sudah besar kebanyakan orang tuanya melepaskan tanggung jawab semua kepada anak itu sendiri dan mereka belajar bertanggung jawab atas diri mereka sendiri. Terserah anak-anak mau ikut bapak ke laut atau mencari pendidikan yang lebih tinggi karena kebanyakan masyarakat di sana kurang mampu walau sebagian juga ada masyarakat di sana yang bisa membanggakan diri dengan merantau ke luar kampung halamannya.
Untuk mengasuh anak, orang tua desa Meulingge yaitu melihat atau meniru dari keluarga yang lainnya karena kebanyakan orang tua hanya terbatas pendidikannya. Oleh karena itu masyarakat di sana merujuk kepada hukum adat yang ada dan hukum agama,  maka terlihat jelas mengenai pergaulan antara laki-laki dan perempuan masih sangat kental terlihat pada masyarakat desa Meulingge. Kentalnya konsep menghargai ini diakibatkan oleh pola berfikir yang cenderung tradisional. Masyarakat Meulingge masih mempertahankan nilai-nilai dan norma-norma dalam tradisi kebudayaan dan kepercayaan.
“Kalau kami dalam mendidik dan mengajari anak – anak memang masih kurang, karena kami kurang mengetahui penerapan yang terlalu muluk, karena kami hanya berpendidikan yang terbatas dan sangat kurang dibandingkan mereka yang dekat dengan perkotaan. Asal anak sudah tau agama dan hukum dan baca tulis itu sudah alhamdullilah, memang yang lainnya juga perlu, tapi itulah keterbatasan kami sebagai nelayan yang nasib kami sudah begini, bekebun dan lainnya.”[51]

Adapun hasil wawancara dengan ibu isteri pemilik boat lainya adalah :
“Kalau yang mencari nafkah itu suami saya, kalau saya sering berada di rumah mengurus anak –anak, karena jika melaut suami saya biasanya pulang nya lama samapai 1-3 hari. Kalau pengahasilan keluarga masih  bisa dibilang cukup, karena anak saya hanya ada dua satu masih kecil satunya lagi masih sekolah dasar, dan kalau kakaknya masih belajar ngaji di rumah bersama saya”[52]

Namun di desa Meulingge untuk urusan ekonomi keluarga ibu-ibu di sana memiliki cara-cara atau terobosan-terobosan yang sangat berarti dalam membantu suami untuk menunjang kelangsungan ekonomi keluarga. Mau tak mau seakan para istri juga dituntut untuk ikut berperan dalam mencari tambahan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, sehingga isteri tidak hanya tinggal diam di rumah untuk menanti dan membelanjakan penghasilan suami mereka dari melaut, namun mereka juga ikut terlibat dalam kegiatan mencari nafkah.
Ini tergambar sangat jelas pada masyarakat yang ada di desa Meulingge, dimana beberapa istri nelayan memiliki penghasilan yang berbeda-beda baik itu berdasarkan dari pekerjaannya maupun juga dari status sosialnya. Berdasarkan hasil wawancara, beliau mengatakan :
“Begini, kalau bicara soal kenapa ibu ikut berperan sebagai pencari nafkah itu lebih disebabkan karena kondisi ekonomi keluarga ibu yang menurun, terlebih lagi untuk biaya anak-anak sekolah dan juga keperluan rumah tangga lainnya. Ibu rasa dengan hanya mengandalkan penghasilan dari suami melaut ya itu tidak cukup untuk memenuhi segala kebutuhan keluarga ibu, makanya ibu memilih jalan untuk mengeringkan ikan atau membuat ikan asin dan kalau ibu lain ada juga yang berkebun di atas bukit desa karena faktor kekuranganlah ibu juga mencari nafkah”[53]

Pengamatan menunjukkan bahwa peranan ibu meunjukkan bahwa memainkan peranan sebagai orang tua ketika usia anak masih dini, ibu di sini lebih memperhatikan kondisi ekonomi keluarga yang masih berkurang karena baginya apa yang dihasilkan suami belum mencukupi untuk membiayai nak untuk sekolah atau kebutuhan lainnya,  mengeringkan ikan asin merupakan kesibukan yang menyita waktu, ibu di sini tidak hanya bisa melakukan pengawasan ketika anak mau ikut membantu mengeringkan ikan.[54]
Sebagian besar masyarakat yang diteliti menyebutkan beberapa faktor yang menjadi alasan bekerja, di antaranya adalah karena alasan ekonomi, adanya kepercayaan dan dorongan dari suami, keaktifan diri, dan hal-hal yang berhubungan dengan aspek pengaruh ibu lainnya yang berkerja. Dan juga tradisi mereka yang dibawa sebelum berkeluarga. Namun jika dilihat lebih jauh memang ibu atau isteri nelayan disibukkan dengan aktifitas sehari-hari yang membuat kelonggaran waktu anak-anak  begitu bebas sehingga anak-anak lupa dari pantauan orang tua, disitulah tumbuh kembang anak mulai memahami kehidupan sekitarnya. Yang membuat pengaruh mental, psikologis, pergaulannya menjadi seadanya bahkan kurang baik.
Dalam meningkatkan ekonomi keluarga khususnya istri nelayan, dimana baik laki-laki maupun perempuan tidak ada pembatasan peran bahwa laki-laki di tempatkan di sektor publik.  Idealnya seorang suamilah yang bertanggung jawab penuh dalam memenuhi kebutuhan keluarganya, termasuk juga dalam memasok pendapatan keluarga yang karena ia berstatus sebagai kepala keluarga. Namun, pada kenyataannya para isteri dan anggota keluarga lainnya juga ikut membantu tentunya sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Memang dalam hal pencapai kebutuhan keluarga lebih kepada seorang ayah yang bertanggung jawab, namun jika dikaji lebih dalam isteri juga ikut berperan dalam segala hal, baik di  rumah maupun diluar rumah. Sehingga banyak dari orang tua yang melupakan tetang menjaga anak anak dan membesarkan anak dengan tatanan yang baik. Lingkungan yang ada dalam keluarga akan memberi pengaruh juga pada lingkungan masyarakat yang lebih luas, jika anak menghormati orang tua di rumah maka di lingkungan bermasyarakat juga akan menghormati yang lain dan juga sebaliknya, karena pengaruh utama dalam dalam menentukan jati dirinya mulai dari keluarga dan sikap yang diberikan orang tua kepada anak.
“Kalau anak saya sering berada di rumah, dan juga mematuhi apa yang kita bicarakan. Dan sering membantu ayahnya melaut. Namun jika tidak melaut dia sering bermain dengan teman-temanya yang lain. Paling ketika makan mereka akan pulang kerumah.[55]

“Anak anak saya sudah besar, sebagian sudah tidak sekolah mereka kadang ada membantu saya ikut mengantarkan barang-barang milik orang lain ke Banda Aceh. Tapi itupun jika dia mau, saya tidak terlalu memaksakannya.”[56]

Dari pengamatan hanya anak-anak yang usia masih sekolah dasar yang sering ada di rumah bersama orang tua sedangkan yang usia remaja kebanyakan menghabiskan waktunya membantu ayahnya mencari gurita dengan cara menembaknya dan juga sebagian pemuda lain membantu meperbaiki perahu atau memahat perahu itu jelas terlihat dari kesehariaan remaja di desa Meulingge yang bisa dijumpai di pesisir laut. Dan ada juga sebagiaan pemuda yang berbeda dengan ayahnya melaut, yaitu berkebun karena sebagiaan menganggap bekebun tak begitu berisiko dan mudah. ada juga menjadi pemasok barang atau ikan maupun hasil panen warga untuk dibawa ke perkotaan dan itu merupakan perkerjaan yang disukai bagi sebagiaan pemuda desa Meulingge. [57]

Pengakuan atau tidaknya dari orang tua tehadap perannya sabagai ayah atau sebagai ibu itu bisa dilihat dari kenyataan yang ada di lapangan, pengamatan atau hasil observasi menunjukkan, kebebasan anak untuk memilih jalannya sendiri telalu besar sehingga dalam mencari jati diri tergantung kepada dirinya sendiri, karena anak anak yang sudah besar yang ada di desa Meulingge itu sudah lepas tanggung jawab dari orang tua. Dan sudah mulai mencari uang saku untuk sendiri, terserah dia mengikuti ayahnya atau akan beralih profesi dengan berkerja di tempat lain, peranan peranan inilah yang kerap terjadi di masyarakat desa Meulingge. Kondisi seperti ini yang mendorong anak anak bebas dalam pantauan orang tua, juga orang tua yang susah memberi arahan kepada anak anaknya yang sudah besar.
Alasan–alasan kesibukan masing masing inilah yang membuat kelonggaran terhadap pengawasan kepada anak, seperti ayah yang waktunya tersita di laut sehingga pengawasan anak di lepas kepada ibu yang waktunya juga membantu suaminya dan ada juga yang sibuk dengan pekerjaan rumah, karena kebutuhan dapur atau alat masak tidak begitu cepat di dapat seperti orang perkotaan pada umumnya, ibu ibu untuk memasak harus mencari kayu bakar, jika tidak ada sumur ibu-ibu menimba airnya dulu, mengurus ternak dan berbagai alasan lainnya yang bisa dilihat, itu belum lagi faktor ekonomi budaya masyarakat yang melimbatkan semua keluarga berkerja untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Jika ditelusuri lebih jauh, beberapa masyarakat memberikan jawaban yang beragam terhadap permasalahan yang berhubungan dengan faktor-faktor, yaitu:
1.      Seorang ibu yang bekerja di luar rumah sebenarnya adalah sebuah kewajaran. Setiap manusia memiliki kecenderungan melakukan interaksi sosial dengan lingkungannya sebagai bagian dari proses kesibukan diri.
2.      Alasan ekonomi, memerlukan peningkatan pendapatan. Sementara pendapatan yang diperoleh suami terkadang tidak mencukupi lagi untuk menutupi kebutuhan yang semakin meningkat.
3.      Alasan lainnya adalah dipengaruhi oleh aspek psikologis, yaitu karena kejenuhan seorang ibu selalu berada “dibalik layar”.
4.      Faktor lainnya adalah karena sebagian masyarakat telah bekerja sebelum pernikahan, yaitu sebelum menikah mereka sudah bekerja terlebih dahulu sehingga mereka hanya meneruskan untuk bekerja dan tidak ada alasan yang mengharuskannya untuk berhenti bekerja.
5.      Kesenangan atau hobi. Beberapa responden mengaku sering memaksa diri karena kemauannya.
6.      Aspek Religius. Sebagian masyarakat berpandangan bahwa Islam telah menghapus semua perbedaan kelas antara manusia, yaitu tidak ada orang yang di-pandang istimewa dan dimanjakan sehingga tidak perlu bekerja atau orang yang diperas tenaganya karena harus bekerja. Islam mewajibkan setiap umatnya untuk bekerja mencari rizki yang halal. Pandangan religius ini meyakini sepenuhnya bahwa dengan bekerja maka setiap langkah menuju tempat dinilai sebagai suatu ibadah.
C.                Pembahasan
Keluarga adalah lingkungan yang pertama dan utama dikenal oleh anak. Alasannya, institusi terkecil dalam masyarakat ini telah mempengaruhi perkembangan individu anggota-anggotanya, termasuk sang anak. Kelompok inilah yang melahirkan individu dengan berbagai bentuk kepribadiannya di masyarakat. Oleh karena itu tidaklah dapat dipungkiri bahwa sebenarnya keluarga mempunyai fungsi yang tidak hanya terbatas sebagai penerus keturunan saja. Mengingat banyak hal-hal mengenai kepribadian seseorang yang didapat dari keluarga.
Masyarakat juga berperan aktif dalam proses pembentukan karakter anak dan mengontrol jati diri, karena masyarakat disebut sebagai sekelompok manusia banyak bersatu dengan cara tertentu oleh karena hasrat-hasrat kemasyarakatan yang sama, Sedangkan keluarga adalah kelompok primer yang paling penting dalam masyarakat, keluarga merupakan sebuah group yang terbentuk dari perhubungan laki laki dan wanita dan sedikit lama menciptakan dan membesarkan anak. Jadi keluarga dalam bentuk yang murni merupakan satu kesatuaan sosial yang mempunyai sifat-sifat tertentu yang sama. Adapun masyarakat nelayan adalah salah satu komunitas masyarakat atau kelompok orang yang hidupnya berada di pantai atau di pesisir.
Dengan kondisi geografis pulau, masyarakat Meulingge mengisi kesehariannya dengan aktifitas melaut dan berkebun. Aktifitas ini menjadi kebudayaan di desa ini, kaum pria mengisi kesehariannya dengan melaut, sedangkan kaum ibu mengisi kesehariannya dengan berkebun. dimana hanya pada malam hari keluarga berkumpul lalu menggunakan waktunya untuk beristirahat. hal ini mengakibatkan peranan pengasuhan terhadap anak berkurang. Pola atau cara mengasuh anak dalam keluarga merupakan lingkungan pendidikan atau proses yang utama bagi perkembangan pribadi anak yang utuh, karena keluarga adalah lingkungan yang pertama dan utama dikenal oleh anak, jadi dalam lingkungan keluargalah watak dan kepribadian anak akan dibentuk yang sekaligus akan mempengaruhi perkembangannya di masa depan. Jadi semua aspek kepribadian dapat dibentuk di lingkungan keluarga. Perilaku ataupun perlakuan orang tua terhadap anak merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak terkait dengan cara bagaimana orang tua mendidik dan membesarkan anak.
Dalam mengasuh, mendidik, menjaga, mengarahkan dan membina keluarga sejahtera adalah sebagai pendidik utama bagi putra-putrinya. Tanggung jawab tersebut secara langsung menempatkan orang tua sebagai pihak utama yang bertugas membina kewajiban generasi-generasi penerus dalam masyarakat yang merupakan kelompok-kelompok yang terjun dalam membina bangsa. untuk membina sebuah keluarga yang sejahtera di dalam rumah tangga nelayan, maka hal itu dimulai dari generasi-generasi baru yang ada dalam keluarga untuk mewujudkan masyarakat yang lebih kraetif serta berkembang nantinya.
Kewajiban dan tanggung jawab yang begitu berat dibebankan kepada orang tua merupakan kewajiban yang mutlak walaupun profesi sebagai nelayan yang waktunya begitu kurang di rumah, pada akhirnya menuntut kerja keras suami dan isteri untuk selalu  mencari nafkah di luar rumah. Hanya sedikit waktu yang dapat digunakan oleh seorang nelayan untuk berkumpul dengan keluarganya. Sejak fajar hingga menjelang magrib suami berada di laut untuk mencari ikan
Maka dari analis menunjukan sikap positif yang orang tua berikan kepada anak maka akan mendapat pengaruh yang baik bagi anak, dan juga sebaliknya. Orang tua faktor penting dalam segaa aspek perkembangan anak dalam hal besikap, disiplin, berkomunikasi, kebiasan maka faktor tersebut sangat mempengaruhi mentalitas anak dan tumbuh kembang anak, karena anak akan meniru kebiasaan kebiasaan orang tuanya di rumah dan nantinya akan berpengaruh dalam kehidupan bermasyarakat. Orang tua atau ayah dan ibu dituntut keras dalam hal membinan jati diri anak dan membesarkannya, kesibukan-kesibukan seorang nelayan bisa diimbangi dengan sikap dan dorongan metal yang baik dari orang tua walau tak sepenuhnya bisa menjaga anak, namun harus ada suatu ketegasan dan disiplin diri yang ditanamkan kepada anak agar anak bisa membawa diri ke arah yang lebih baik. Karena globalisasi sekarang ini banyak pergaruh pergaulan yang negatif yang bisa mempengaruhi sikap dan pola pikir anak serta pergaulan yang tidak baik.





BAB IV
PENUTUP

A.                Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diteliti, maka dapat disimpulkan bahwa selain orangtua berperan sebagai mengasuh anak orangtua juga berperan penentu sikap yang positif dari orang tua dalam mendidik anak antara lain teladan-teladan yang ditunjukkan kepada anak sangat dibutuhkan dan kontribusi sikap orang tua dalam mengasuh dan mendidik anak terhadap pergaulan di masyarakat juga harus menjadi perhatiaan keluarga. Sebab bila orang tua tidak peduli terhadap anak di rumah, maka hal tersebut akan merugikan anak. Apalagi anak usia masa menjelang remaja, mereka sangat memerlukan perhatian, dan tentu saja cinta kasih dari kedua orang tuanya. Orang tua benar-benar sebagai tokoh panutan bagi anak-anak nya. Hal ini kemudian akan menjadi berkurang bila anak-anak telah menginjak masa dewasa, sebab pada masa remaja dia lebih dekat dan bangga terhadap teman sebayanya atau teman kelompoknya.
Seorang ayah dapat berperan lebih dalam pengasuhan anak dengan melibatkan diri sepenuhnya yang disesuaikan dengan perkembangan anak. Hal ini menunjukkan bahwa sebagai orang tua, ayah dan ibu tetap memiliki peran dan tanggung jawab yang besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan putra-putrinya. Mengingat besarnya permasalahan yang dihadapi anak dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya maka sudah sewajarnya jika para orang tua memberikan perhatian, bimbingan, dan pengawasan yang lebih optimal kepada anak-anaknya. Langkah pertama yang sebaiknya dilakukan para orang tua dalam mengasuh dan membantu pencapaian prestasi akademik anak dalam belajar atau lainnya adalah mencari dan menemukan data sebanyak-banyaknya tentang berbagai hal yang dapat dijadikan pedoman dan acuan dalam menerapkan sistem atau cara dan bimbingan kepada anak, sehingga mereka benar-benar akan tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa yang mandiri dan berprestasi serta memiliki tanggung jawab untuk dirinya dan lingkungannya.

B.        Saran
1.                  Sebaiknya pemerintah harus mengadakan penyuluhan untuk  pensosialisasian adanya pengetahuaan cara – cara mengasuh anak dan tanggung jawab antara orang tua dan anak serta batasan-batasan  dalam kehidupan berumahtangga, sehingga tercipta keselarasan berkeluarga.
2.                  Sebaiknya masyarakat desa Meulingge lebih memperhatikan dalam hal tanggung jawab pembagian peranan kerja antara isteri dan suami. Dalam meningkatkan kesejahteraan rumah tangga. Serta adanya        langkah nyata dari berbagai pihak untuk membimbing dan mengasuh.
3.                  Pemerintah sebaiknya memberikan perhatiannya kepada keluarga    nelayan yang kurang mampu dalam bidang pendidikan seperti pemberian             beasiswa kepada anak-anak nelayan yang kurang mampu sehingga standar pendidikan masyarakat di desa Meulingge dapat meningkat
4.                  Sebaiknya suami dari para istri nelayan lebih bersikap toleran dan terbuka terhadap anak-anaknya  sehingga terjadi peningkatan kepercayaan dana pemahaman untuk bisa saling mengerti dan memahami tanpa harus dipaksa atau diberi hukuman dan lainnya
.








[1] Mardiya, Kiat Kiat Khusus Membangun Keluarga Sejahtera ,(Jakarta: BKKBN Pusat. 2000), hal. 10.
[2] M. Khalil Mansyur, Sosiologi Masyarakat Kota Dan Desa, (Surabaya: Usaha Nasional. 1990), hal. 22.

[3] Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar,(Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hal. 104.

[4] Abu Bakar Muhammad, Pedoman Pendidikan dan Pengajaran, (Surabaya: Usaha Nasional, . 1991), hal. 36.


[5] Hendrawan Nadesul, Cara Sehat Mengasuh Anak, (Jakarta: Puspaswara,1996), hal. 16.
[6] Soerjono Soekanto, Sosiologi: Suatu Bunga Rampai, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hal. 243.

[7]  Abu Ahmadi , Sosiologi Pendidikan, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hal. 108.

[8]  Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hal. 104.

[9]  Rifa Hidayah,  Psikologi Pengasuh Anak, (Malang: UIN Malang Press,  2009), hal. 54

[10]   Rifa Hidayah,  Psikologi Pengasuh Anak, (Malang: UIN Malang Press,  2009), hal.  15.

[11]  Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitiaan, ( Jakarta : PT Rineka Cipta, 2006 ), hal. 139.

[12] Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktis.(Jakarta : PT Rineka Cipta, 2006), hal. 229.

[13] M.Nasir, Metode Penelitian, hal. 234.

[14] Kamus Besar Bahasa Indonisia, Edisi kedua. ( Jakarta : Balai pusaka, 1995 ), Hal. 751.

[15] Soerjono Soekanto, Sosiologi: Suatu Bunga Rampai, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hal. 243.

[16]     Horton B Paul dan Chester L Hunt,  Sosiologi, (Jakarta: Erlangga, 1999 ), hal. 118.

[17] Sri Sugiharti, Penjajakan Kebutuhan Tentang Pemenuhan Hak Anak, (Yogyakarta : Balitbang BKKBN DIY, 2005), hal. 1.

[18]. Mulat Wigati Abdullah, Sosiologi untuk SMP dan MTsN, (Jakarta: Grasindo, 2006 ), hal.  41.

[19]. T. Safir Iskandar dan Soraya Devy, Dinamika Peran Perempuan Aceh, (Lembaga PSW IAIN Ar-Raniry, Desember 2007), hal . 215.

[20]  Abu Ahmadi , Sosiologi Pendidikan, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hal. 108.

[21] Mohammad Shochib, Pola Asuh Orang Tua, Dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010 ), hal. 17.

[22] Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar,(Jakarta: Rineka Cipta 2003 ), hal. 104.

[23] Muntawali, Peranan Wanita Dalam Pembangunan, ( Jakarta: Karya Nusantara, 1987 ), hal. 15.

[24]  Ibid,  hal. 15.
.

[25] Khairul Hidayat dan Ricky Genggor, Ilmu Pengetahuan Sosial, Jilid Dua, (Jakarta: Erlangga, 2007), hal. 59.


[26] Khairul Hidayat dan Ricky Genggor, Ilmu Pengetahuan Sosial, Jilid Dua, (Jakarta: Erlangga, 2007), hal. 59.


[27] Ichtiar. Van Hoeve, Ensiklopedia Indonesia KOM OZO Jilid ke-4, ( Jakarta: 1992 ), hal. 253.

[28] Mubyarto. dkk, Keswadayaan Masyarakat Desa Tertinggal, (Jakarta: Aditya Media, 2000 ), hal. 116-118.

[29]. M.Nasib Ar-Rifa’i, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir,  (Jakarta: Gema Insani,1999), hal.509.


[30] Imam Bukhari, Shahih Bukhari, (Beirut Dar al-Ma’arif,th,),hal.182.

[31] Ibid …2554.

[32] Chabib Thoha, Kapital Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 1996).hal. 108.

[33] Mussen, Pekembangan dan Kepribadiaan Anak, ( Jakarta: Arcan Noor, 2002), hal. 392.

[34] Stastistik Daerah Kecamatan Pulo Aceh  2012. Hal, 1.

[35]  Badan Pusat Stastistik Kabupaten Aceh Besar Kecamatan Pulo Aceh.  Tahun 2012.

[36]Hasil wawancara dengan  M.Yacob, Keuchik Gampong Desa Meulingge dan nelayan, tanggal 28 Juni 2013.
[37]   Hasil observasi di desa Meulingge tanggal 28 juni 2013
[38]  Hasil wawancara dengan Ismuha, nelayan dan Sekretaris desa Gampong Meulingge, tanggal 28 Juni 2013.
[39]  Hasil observasi di desa Meulingge tanggal 28 juni 2013.

[40]  Hasil wawancara dengan ibu Yusmainur, isteri nelayan, tanggal 29 Juni 2013.

[41]  Hasil observasi di pesisir desa Meulingge tanggal 28-29 Juni 2013.

[42]  Hasil wawancara dengan Ibu Rauzah. Ibu rumah tangga. Tanggal 29 Juni 2013.

[43]  Hasil observasi di pesisir desa Meulingge tanggal 29-30 juni 2013.

[44]  Hasil wawancara dengan Ibu Idawati. Isteri Nelayan Tanggal 29 Juni 2013.

[45]  Hasil observasi di pelosok dan  pesisir desa Meulingge tanggal 29-30 juni 2013.


[46]  Hasil Wawancara dengan Ibu Fatimah.  Isteri sekdes Tanggal 29 Juni 2013.

[47] Hasil observasi di pesisir desa Meulingge tanggal 30 Juni 2013.


[48]  Hasil wawancara dengan bapak Mahyuddin, selaku nelayan. Tanggal 29 Juni 2013.

[49]  Hasil observasi di pesisir desa Meulingge tanggal 29 Juni 2013.

[50]  Hasil observasi di pesisir desa Meulingge tanggal 29-30 Juni 2013.

[51]  Hasil Wawancara dengan Teungku Jun.  Imum Meunasah Tanggal 28 Juni 2013.

[52]  Hasil Wawancara dengan ibu Nurfadhillah, isteri pemilik boat. Tanggal 28 Juni 2013.

[53]  Hasil wawancara dengan Ibu Zainab . Tanggal 28 Juni 2013.

[54]  Hasil observasi di pesisir desa Meulingge tanggal 29 Juni 2013.

[55] Hasil Wawancara dengan Alfian. Nelayan pesisir. Tanggal 29 Juni 2013.

[56] Hasil Wawancara dengan Munjir, Pemilik Boat, Tanggal 30 Juni 2013.

[57] Hasil observasi di desa dan di pesisir pantai Meulingge. Tanggal 28 Juni 2013.